HOT...!!!!!!!!!!

abg
Setelah menyantap makan siang sendirian akhirnya saya dengar pengumuman kedatangan pesawat yang saya tunggu-tunggu. Dari kejauhan terlihat seorang wanita mengenakan baju lengan panjang hitam dengan celana yang terlihat ketat dan sexy.
“Hai Mas Ar, udah lama nungguin saya?”
“Ya kira-kira begitulah,” jawab saya pendek.
Donna memeluk saya dengan erat sambil membisikkan “miss you so much honey.”
Tanpa kata-kata saya membalas pelukannya, dan tercium bau parfum Prescriptive Calyx favorite saya yang membuat saya sedih dan teringat masa-masa lalu.

Di mobil saya bilang sama supir saya untuk tidak langsung ke hotel, karena saya mau ke toko buku dulu di daerah Causeway Bay.
“Mas, gimana kabarnya kok kita bisa janjian lagi seperti ini sih?”
“Saya baik saja kabarnya, eh tapi kamu kok bilang begitu? Masih belum terlambat lho untuk tidak stop over di Hong Kong dan terus terbang pulang ke Jakarta.”
“Aduh si sayang marah ya, saya dengan sadar kok Mas memutuskan untuk ketemu kamu hari ini.”
Saya terdiam dan termenung sedih bila Donna bilang seperti itu. Karena hari ini saya duduk satu mobil dan akan menghabiskan beberapa malam bersama seorang wanita yang seharusnya tidak boleh saya kencani lagi. Di dalam hati saya berkecamuk perasaan dan pikiran, antara baik dan buruk, antara guilty dan exciting. Dari sudut mata saya, terlihat Donna yang sangat anggun dengan wajah yang ayu, dan badan yang almost perfect.
“Mas, kamu masih seperti dulu ya, hobbynya ke toko buku.”
“Ya memang itulah salah satu kegemaran saya, eh ngomong-ngomong kamu masih mau makan siang nggak, sebab jalannya kan jauh nih ke Causeway Bay dari airport.”
“Nggak deh Mas saya di pesawat udah makan banyak, saya hanya masih sangat ngantuk saat ini.”
“Kamu tidur saja dulu, saya nggak apa-apa kok kamu tidur.”
“Oke sayang, saya ngantuk banget nih, mungkin jet-lag nya sedang bekerja”.

Tanpa sadar saya juga ikutan memjamkan mata, dan dengan perlahan ingatan saya berputar kembali ke tahun 1991. Rencananya saya akan menghabiskan malam tahun baru bersama pacar dan teman-teman saya di Hong Kong. Namun rencana tinggallah rencana, karena di siang hari itu saya menangkap basah pacar saya bersama cowok lain di bakmi GM Melawai. Tanpa sikap yang bertele-tele dan emosional, saya langsung putuskan siang itu di GM Melawai bahwa saya dan pacarku bukan ditakdirkan untuk bisa terus berhubungan. Walau dengan cool saya katakan itu kepada pacar saya tercinta, namun di dalam hati sebenarnya saya sangat hancur berantakan. Dan sebagai pelariannya, saya tetap pergi ke Hong Kong. Tapi bukan dengan pacar saya, melainkan dengan sahabat baik pacar saya, yaitu Donna.
“Mas mas, udah sampe nih”.
“Eh apa Don” saya kaget banget karena lagi asyik bernostalgia tiba-tiba saya disadarkan oleh si Donna.
“Kita udah sampe di toko buku yang kamu mau sayang.”
“Wah sambil liat-liat kita makan lagi ya, kok saya masih laper lagi nih.”
Sambil makan mie jepang saya tanya si Donna, “Kamu masih fit banget ya non?”
“Apa sih goda-godain saya,” jawab Donna galak. Memang si Donna ini kalo lagi makan nggak bisa diganggu sedikitpun.
“Iya kamu masih sexy banget dan cantik, apa sih rahasianya.”
“Nah itulah rahasia saya, makanya kamu masih ngejar-ngejar saya kan?” Saya terdiam kena skak mat dari Donna.

Setelah bayar kita jalan ke toko buku yang kebetulan berada di dalam gedung yang sama dengan restoran mie jepang tsb. Lagi saya liat-liat buku, tiba-tiba Donna datang membawa buku tentang gambar tatoo yang indah.
“Say liat nih gambar yang ini, exactly the same as mine.”
Terlihat gambar belati kecil dengan matahari di sampingnya, persis seperti tatoo di bagian tubuh Donna.
“Ah kamu bikin pusing aja deh, saya tiba-tiba pengen banget nih,” kata Donna.
“Lho kan kamu yang bawa gambar itu.”
“Ssst udah cepet yuk.”
Saya langsung ditarik keluar toko buku dan menuju lantai atas yang sepi. Lalu di lantai atas Donna menarik saya ke dalam kamar mandi wanita. Dengan napas yang tersenggal-senggal Donna langsung menciumi saya, tangannya menggerayangi celana panjang saya.
“Ehh, ehh, ehhmm,” terdengar erangan tertahan Donna.

Tanpa menunggu lebih lama, langsung diterkamnya kemaluan saya dan langsung dilumat habis. Donna menikmati hisapannya bagaikan orang kehausan di tengah padang pasir. Tangan saya diraih Donna dan dituntun menuju kemaluannya, lalu dengan agak kasar diusap-usapkannya jari-jemari saya diantara klitoris Donna yang sudah mulai basah.
“Ayo sayang, ayo saya udah nggak tahan nih.”
Tanpa menunggu aba-aba lebih jauh, langsung kubenamkan kemaluanku ke dalam vagina Donna. Ah.. benar-benar nggak salah, karena segalanya terlupakan dan terasa sangat nikmat, ketat, basah tapi tidak terlalu licin.

Sepertinya segalanya berjalan sangat cepat dan singkat. Karena ternyata kita berdua sudah mencapai puncak masing-masing. Oh kenapa ini terjadi lagi pada diri saya. Itulah yang selalu saya pikirkan berulang-ulang setiap habis berhubungan dengan Donna. Tapi kenapa pula selalu saya ulang dan ulang. Di mobil menuju ke hotel kita berdua hanya terdiam masing-masing, dan asyik dengan pikiran sendiri-sendiri. Setelah masuk kamar, membereskan pakaian, Donna menyusul ke tempat tidur di samping saya.

“Say.., Say..” saya denger panggilan Donna dari kamar mandi.
Uh badan saya rasanya dingin dan pegal linu semua. saya liat jam ternyata sudah jam 6 sore, wah saya tertidur lama juga ternyata. saya bangun dan menuju ke kamar mandi, terlihat Donna berendam di dalam bak yang lumayan besar, tertutup busa-busa. Langsung saya ikutan nyebur ke dalam bak mandi karena kedinginan.
“Nah enak kan di dalam bak sini, eh terus apa acara kita malam ini Boy?”
“Kamu punya ide nggak, tadi pagi Vivi HP saya katanya dia malam ini ngajakin makan terus santai-santai denger musik, tertarik nggak?”
“Boleh mau kok saya, apalagi sama Vivi, wah pasti something tuh.”
Saya sudah tebak, kalo Donna ketemu Vivi udah nggak ada matinya deh. Maklum dulu temen jalan waktu masih pada ABG. Kebayang suatu hari di akhir tahun 1990 di Kute, uh I cannot believe my experiences with them there, pokoknya heboh banget.

Jam sudah menunjukkan pukul 9.30 malam en seperti biasa saya berdua masih nunggu-nunggu yang namanya nona Vivi.
“Hai hai hai.. apa kabar sayang?” Vivi langsung memeluk Donna.
“Hallo Vi, kamu tambah centil dan berisik ya, but most of all you re more beautiful than ever.”
“Ah uh oke dong saya, ah bisa aja si Arya, ah udah deh ah.”
Vivi begitu centilnya dan Donna yang cantik anggun terlihat ngobrol asyik banget.
Saya diam saja seperti biasa, karena pasti yang diatur sama Vivi bukanlah sembarangan. Oh dunia kenapa begitu indah dan mudah rasanya, makan enak, pesta, dan setumpuk kemewahan terhampar dan terhidang setiap harinya di muka saya.

Oh..
Dengan kepala sedikit berdenyut-denyut karena kebanyakan minum, nggak sadar ternyata saya udah lagi terlentang di tempat tidur dengan semua pakaian sudah dilepas alias telanjang bulat. saya gemetar kedinginan. Tapi kepala nyut nyut nyut. Wah gila nih. Sayup-sayup saya denger desahan dan terasa tempat tidur bergoyang, tapi mata males dibuka dan kepala masih berdenyut-denyut juga.
Uppss.
Tiba-tiba batang kemaluan saya ada yang menarik dan.. ohh, hisapan demi hisapan saya rasakan, rasanya semakin berdenyut-denyut kepala saya. Belum juga saya bisa sadar siapa yang melakukan hal tersebut terhadap kemaluan saya, tiba-tiba sebuah ciuman liar mendarat di sekitar leher dan menjelajah turun ke arah puting saya. Ah.. Di bawah hisapan terasa semakin menjadi-jadi. Kepala berdenyut berat dan cepat. Terasa hisapan dan kecupan di dada. Semua jadi tambah pusing, karena ternyata yang menciumi daerah dada saya adalah seorang wanita keturunan cina yang saya nggak tau siapa dia. Yang pasti sih badannya kenceng banget dan parfumnya sangat menggairahkan. Tapi untung saya tau yang ada di bawah, dia Vivi.

Dan selanjutnya hanya erangan dan goyangan yang memabukkan rasa badaniah. Ohh kenapa begitu nikmat dan segalanya terasa indah. Dunia nikmat!!

31 Desember 2001 (masih di Hong Kong)
Waktu saya bangun sekitar jam 11 nggak saya temukan orang-orang yang semalam bersama saya. Kepala masih sedikit nggak enak, eh saya liat ada potongan kue mocha dan teh. Langsung aja saya santap.
Tiba-tiba.. teett (bunyi bel di pintu).
“Comiing,” teriak saya.
Sebelum buka pintu saya intip siapa yang di luar, eh siapa ini cewek.
“Yes my name is Sharon, and I am ready to take you to paradise.”
“What? What paradise, pardon me,” tanya saya bingung.

Pijat alias massage, itu hal yang paling nikmat setelah begadangan atau kebanyakan minum alkohol. Bener-bener bukan main massage pagi ini. Eh yang kali ini bener-bener pijat sehat lho, walaupun saya nggak nolak kalo dikasih lebih sama si Sharon. Setelah selesai semuanya, Sharon memberikan sebuah surat dengan warna biru muda lagi.
Dear Ar,
“Gimana massage oleh Sharon, mudah-mudahan enak dan cocok. Saya tau kamu nggak terlalu seneng massage tapi pasti pagi ini kamu pasti merasa perlu dipijat biar lebih relaks.”
“Ar, saya nggak menghindar dari kamu, tapi kita ketemu nanti aja ya (malem). Saya mungkin nggak seberuntung “sahabat saya”, tapi saya nggak akan kecewakan kamu seperti yang telah dibuatnya ke kamu.”
Ar, I will spend the new year’s with you.
Yours trully/Don..

Kring..kring..kring.
“Hallo mas, cepet turun ke lobby, saya udah di depan naik BMW hitam.”
saya udah siap jadi langsung meluncur ke lobby.
Jam sudah menunjukkan 11.55 dan Vivi maupun Donna nggak ada yang muncul lagi. saya sendirian sambil minum kahlua crŠme. Pemandangan begitu indah dari daerah Victoria Peak, banyak kembang api di kejauhan menambah indahnya kota Hong Kong. Walaupun dingin, akhirnya saya putuskan untuk keluar dari ruangan dan bersandar di pagar menatap indahnya lampu-lampu warna warni dan kapal-kapal di dermaga yang menyalakan lampu-lampunya. Saya denger ledakan kembang api keras di atas, dan terlihat warnanya merah biru kuning begitu meriah dan indah. Lalu terdengar count down. Five, four, three, two, one.. Hurraayy.. meriah sekali, suara musik berdentum keras dan indah.
“Happy new year!” cup, cup, cup. Beberapa cewek menyalamai dan mencium pipi saya.
Masih juga saya sendirian. Oh indahnya dunia, saya bisa seperti sekarang ini, terima kasih.
“Mas mas, aduh duh. Eh sorry saya sudah kebanyakan minum nih. Kemana ya si Don aku sudah cari-cari belum ketemu.”
“Ha ha ah.. Hi, my name’s Lulu and I’m single,” seorang teman Vivi yang sudah agak nggak sadar tiba-tiba memperkenalkan diri.
Huh kaki itu kaki, si Lulu pakai rok panjang dengan belahan sampai ke bagian paha.
“Eh Mas sudah deh sama si Lulu aja, saya jamin deh lebih dari Don, segalanya, okay honeyy.. bye..” teriak Vivi sambil berlarian kecil menuju ke dalam.
“Well hug me pleeaase, I feel soo coold,” teriak Lulu sambil meraba-raba kemaluannya. Wah pusing nih saya kalo begini. Mood saya hilang tiba-tiba dan saya ketumpuan cewek tipsy dan saya masih segar bugar.
“Okay common let’s get inside,” ajak saya ke Lulu.

Di dalem acara malah semakin menggila, lagu-lagunya emang oke banget tapi seakan-akan dunia hening dan berhenti sejenak. Terima kasih. Begitu indahnya dunia. Semoga saya bisa berbuat banyak bagi banyak orang. Daripada pusing saya jadi ikutan minum alkohol lebih banyak.

3 January 2002 (sudah di Singapore)
saya duduk sendirian di coffe shop depan toko buku Kinokunia Ngee An City, sambil baca majalah komputer.
Tuit.. tuit.. tuit, handphone saya bunyi.
“Halo sayang..mas..mas..”
saya diem aja denger suara Don di handphone saya.
“Mas kamu masih di Singapore kan?”
“Darimana kamu tau dan bener atau nggak saya di Singapore kamu nggak akan bisa cek saya.”
“Saya telpon ke rumah kamu dan saya tanya sama Mas Dino di mana kamu hari ini.”
“Ar, saya sekarang ada di Centerpoint, mau nggak kamu ketemuin saya.”
“Ya sudah deh, ketemu aja di toko computer langganan saya di Sim Lim tower.”
“Iya mas, sampe ketemu sayang.”

Jantung saya berdebar karena emosi, tapi saya sebenernya diam-diam sudah terlanjur terbawa ikatan emosi yang panjang dengan Donna. Kakak saya dan keluarga lain semua benci dengan Donna. Karena mereka tau Donna itu dari dulu dan sampai sekarang tetap bandel dan binal walaupun sudah berkeluarga. Makanya saya agak kaget waktu dia bilang berani telpon ke rumah kakak saya.

Sengaja saya ketemu Donna di Sim Lim tempat computer, supaya saya nggak terlalu emosi. Karena kalau sudah di tempat computer saya biasanya cooling down, karena hobby saya untuk computer emang agak kelewat banyak. Belum juga lama saya jalan liat-liat eh si Don sudah nongol. Dari Sim Lim saya didrop mobil kantor ke hotel Hyatt. Dengan kebisuan yang berlanjut, saya dan Don langsung menuju ke kamar. Tanpa kata-kata, tanpa basa-basi. Kita berdua langsung berpelukan, berpagutan, saling membelai dan menciumi bagaikan tiada habis dan puasnya.
Indah.. itulah making love. Bukan hanya badani belaka. Ada suatu janji yang secara spontan dan otomatis diberikan oleh dua tubuh yang berlawanan jenis, bila keduanya menyatu dengan cinta. Dan rasa itu akan memberikan suatu keinginan untuk tambah dan tambah. Indah.. itulah cinta.

Malamnya.
saya nggak keluar kamar dan pesen makan di kamar aja sambil puter video Ocean Eleven tentang merampok casino Mirage di Las Vegas.
Tiba-tiba.
Don menciumi tengkuk saya, tangan kirinya meraba-raba dada, pusar, dan lidahnya menari-nari di dada. Uh.. terasa geli dan merangsang. Tangan saya langsung mencari belahan dada Don yang begitu kenyal dan indah. saya ciumi puting payudaranya yang menonjol keras.
“Ahh,” desah tertahan Don.
Terasa jari tengah saya meraba bagian tengah vagina Don yang mengeras dan basah.
“Uuuhh,” desah Don lagi,
“uuh Ar, terus Ar di situ enak sekali rabaan kamu,” kata Don semakin menikmati gerakan jari tengah tangan kiri saya. Pinggulnya bergoyang mengikuti irama jari tengah saya yang semakin dalam terbenam di vagina Don.
“uuhhuuhh..ahh..” terus Ar aduuhh enak sekali Ar.

Don memang paling sensitif di sekitar clitnya apabila diraba. Lalu dengan gerakan menyentak diraihnya batang kemaluan saya yang sudah mengeras dari tadi. Dengan sexy diarahkannya batang saya ke vaginanya. Terasa hangat dan menyempit, goyang dan goyangannya memabukkan. Sambil terus menggoyangkan pinggulnya diatas badan saya, tangan kanan Don meremas-remas payudaranya sendiri sambil memejamkan mata.
“Ahh,” erangan Don terdengar keras sekali.
“Ar aku mau di bawah Ar ayo terus cepet lagi,” pinta Don.
Dengan posisi saya di atas, dan Donna di bawah, saya goyangkan pinggul saya dengan irama yang pasti.
“Uuuhh.. hhuuhh, Ar ahh enak ar gitu geraknya ar, yang dalem terus mentok Ar,..ahh,” erang Don sambil menggosokkan jari-jarinya di sekitar clitorisnya.
“Aduhh Ar cepet, ahh, aku sudah berapa kali nih Ar, ahh,” teriak Don memeluk badan saya erat sekali.

Satu, dua, tiga, dan empat kali, malam itu saya dan Don making love. Tapi rasanya seperti mau tambah dan tambah terus.
<
Kita berdua bangun dengan badan yang terasa luluh lantak bagaikan orang selesai lari marathon.