HOT...!!!!!!!!!!

abg

lobang memek Efi masih terasa menggenggam batang dagingku erat sekali

Suatu hari aku datang ke kost Nina, sialnya pas saat itu Nina sudah keburu pergi ke Bromo bersama teman kuliahnya. Dalam hatiku aku mengumpati si Nina yang nggak lagi pamit kek atau ngasih tahu seperti biasanya. Mentang-mentang dia ada yang naksir lagi trus aku mulai nggak dianggap lagi.

Sore itu iseng-iseng aku nyalakan komputer di kamar Nina, ntar biar aku masukin virus makro-nya MS-Word lagi biar ilang semua ketikan dia. Tapi aku main DOOM dulu biar medongkolku agak berkurang. Belum lima belas menit aku main tiba-tiba pintu kamar yang nggak aku kunci terbuka. Efi dengan celana pantai dan kaos dagadunya sudah menerombol masuk ke kamar Nina. Waduh aku kena jadi sembur monster Doom deh.

"Hai mas,… sedang apa ?" si Efi teman sekost nya Nina datang, wah si Efi nih pasti minta tolong ngetik lagi.
"Minta tolong dong mas,…" pintanya sambil berganyut di daun pintu. Aku pura-pura nggak mau

"Aduh,.. aku bener-bener capek sekarang Fi,… kalau kamu sendiri mau pake komputer ini pake aja" Efi memonyongkan bibirnya, aku tahu dia nggak lancar ngetik maklum nggak sering make komputer.
"Tolonglah mas,… aku nggak bisa ngetik lancar nih apalagi ini banyak rumusnya, bisa-bisa dua lembar selesai dua hari ". Memang sih kalo MSWord pake rumus mesti klak-klik terusan ngerjakannya.

"Kamu bawa ke rental saja deh, ntar disana ada kok yang mau ketikin".
"Penuh,… besok sudah harus dikumpulin" jawabnya singkat.
"Duh mahasiswa, kebiasaan pake acara dadakan tuh,… Oke aku ketik tapi nanti kamu harus pijitin aku. Bagaimana ?" aku mengajukan penawaran.
"Nanti kalo ketahuan Nina ?" Efi memandang langit-langit dan aku memandangi pahanya.
"Enggak,… kan Nina lagi ke Bromo"

Singkatnya penawaranku diterima dan aku langsung ketik naskah punya Efi. Baru dua paragraf aku ketik, aku jadi teringat kalau aku juga pernah ketik naskah semacam ini untuk Nina. So jadi tinggal Copy dan Paste lalu Edit sedikit dan selesai.

"Di print sekalian nggak nih Fi ?" tanyaku pada Efi yang malah asik bolak-balik majalah punya Nina.
"Lho kok cepet sekali, nggak ada yang salah ketik apa ?" ia bangkit dan mendekat ke arah monitor memeriksa naskah itu. Efi agak membungkuk membaca hasil ketikanku di monitor. Eh ada kesempatan baik, leher kaosnya jadi turun dan aku bisa melirik tetek milik Efi. Luar biasa, sekilas saja aku bisa pastikan tetek milik Efi masih kencang.

"Eh nakal ya,…" aduh ketahuan deh. Efi segera bangkit dan menutup leher kaosnya. Aku nyengir-nyengir saja. Tapi dia nggak serius tuh marahnya, Efi malah senyum-senyum malu sambil memaksakan diri melotot.
"Ntar aku bilangin Nina lho, mas suka ngintip" ancamnya lagi.
"Ah bukannya kamu yang suka ngintip kalo aku pas tidur sama Nina", aku balikan kata sambil menyalakan printer. Memang Efi pernah ketahuan ngintip pas aku sedang minta jatah biologis sama Nina.

"Nih " empat lembar naskah itu sudah tercetak dan aku serahkan sama Efi.
"Trims ya mas,…. Jadi nggak pijit nya ?"
"Oh ya jadi dong,…"

Aku tiduran di ranjang dan Efi memijiti punggungku. Pintu aku tutup tapi nggak aku kunci. Aku melepaskan baju yang aku pakai, aku bilang takut kusut. Pijatan Efi terasa enak sekali malah seperti sudah prof. Dari leher sampai pinggang diurut dengan seksama.

"Fi,… kamu cerita sama Budi (pacarnya Efi) nggak ?" tanyaku membuka kebisuan.
"Cerita apa ?"
"Tentang yang kamu intip itu"
"Ah ya enggak dong "
"Bener ?"
"Iya,..!!!"

Dua puluh menit aku dipijitin sama si Efi lalu dia mengeluh capek. Aku menawarakan diri untuk gantian pijit.

"Ah enggak ah, geli,…".
"Tapi enak lho Fi percaya deh" mulanya dia nolak tapi akhirnya mau juga. Aku bangkit sambil aku geser dia untuk naik ke ranjang. Aku pijit mulai dari lehernya lalu turun ke punggung dan pinggang. Aku perhatikan paha bagian belakang Efi mulusnya bukan main, putih lagi.

"Fi kamu pernah nggak main sama Budi ?" aku beranikan diri untuk masuk ke dalam topik yang rada ngeres.
"Main apaan ?"
"Main kayak aku sama Nina"
"Ehm,… mulai aneh-aneh ya,…"
"Cuma nanya kok "
"Kalo pernah kenapa dan kalo belum pernah juga kenapa ?"
"Yah nggak apa-apa, cuma pingin tahu aja, kamu tahu aku sama Nina, aku juga kepingin tahu kamu dengan Budi"


"Nggak ah,… nggak aku jawab"
"Ah berarti pernah nih"
"Lho kok bisa ambil kesimpulan?"
"Iya biasanya kalo belum pernah pasti jawabnya tegas belum"
"Terus, kalo aku sudah pernah main sex begitu sama Budi kenapa juga"
"Yah,… barangkali,…." Aku sengaja nggak nerusin kata-kataku.
"Barangkali apa ?!"
"barangkali aku boleh coba"
"Ah nggak mau,…."
"Kenapa,…"
"Aku takut, punya mas besar sekali"
"Justru yang besar itu yang enak tahu "

"Ah masak ?" Efi memutar badannya dari yang tadinya telungkup jadi telentang. Aku nggak buang waktu lagi, aku segera menindihnya. Efi gelagepan ketika aku serang teteknya yang membuat aku penasaran dari tadi. Aku ciumi lehernya sampai dia terengah-engah kehabisan nafas. Ketika aku dapatkan bibirnya tanganku mulai melepasi kaos dan celana pantai sekalian cd-nya. Aku tangkap gundukan daging di selekangannya dan dengan jari tengahku aku gosok lipatan dagingnya yang sudah becek dengan lendir. Efi jadi Ahhh uhhhh sambil menggelinjang ke kanan dan ke kiri.

Tiba tiba Efi jadi buas, ia mendorong tubuhku dan duduk diatas perutku membelakangi aku. Dengan terburu-buru ia melepaskan ikat pinggang celana yang aku pakai. Aku ngeri takut kalau resleting celanaku makan korban. Dan sebentar saja Efi sukses menurunkan celana yang aku pakai sebatas lutut. Dan bongkahan daging yang sedari tadi sudah membengkak diselekanganku menyembul keluar. Efi meremasnya kuat-kuat sebelum ia memundukkan pantatnya ke arah mukaku dan "slup" bongkahan dagingku itu sudah masuk dalam mulutnya. Nggak nyangka, Efi yang selama ini aku kira diem eh ternyata,…. Boleh juga permainannya.

Aku juga nggak tinggal diam, memek Efi yang hampir tanpa bulu itu sudah terpampang didepan mukaku dan aku hisap serta jilati sepuasnya. Lidahku aku julurkan mencoba menerobos ke dalam lobang memek Efi. Sejenak ia melepaskan kulumannya dan menengadah sambil merancu "Ehhh lagi mas ehhh terus terus yah yang itu ehhhh" ....

Aku nggak tahan lagi didiemin barangku. Segera aku dorong pantat Efi sehingga ia telungkup lagi dan aku arahkan rudal scudku ke balik pahanya.

"Agak diangkat dikit dong Fi" pintaku supaya Efi agak nungging. Ia menuruti sambil membuka selangkangannya lebih lebar. Dan aku mulai membenamkan rudalku dalam memeknya. Ia meringis dan katanya punyaku lebih besar dari pada milik si Budi. Tapi ketika aku mulai membenamkan lebih dalam lagi Efi melotot dan mengaduh kesakitan. Mungkin karena ia baru pertama kali ini mendapatkan the real penis macam punya aku. Aku diamkan sebentar sambil menenangkan Efi. Kalau gara-gara ini akhirnya di cancel wah rugi dong aku.

Aku mulai pelan pelan menarik dan membenamkannya lagi sampai Efi terbiasa. Nggak seberapa lama kok, lima enam kali memek Efi sudah bisa adaptasi dengan punyaku. Meskipun begitu lobang memek Efi masih terasa menggenggam batang dagingku erat sekali. Jadi ingat rasanya seperti pertama aku memperawani si Nina dulu. Nggak sampai sepuluh menit Efi sudah kejang melepaskan orgasmenya yang pertama. Ah dasar pemula sih. Aku berhenti sejenak disaat aku sudah sampai pada tujuh puluh lima persen hampir orgasme.

Aku bangkitkan lagi gairahnya dengan meremas kedua puting tetek Efi dari belakang. Berhasil, Efi mulai menggoyangkan lagi pantatnya dan aku nggak buang waktu lagi, aku segera mengayunkan ke depan dan kebelakang mengimbanginya. Efi orgasme sampai empat kali sebelum yang kelimanya aku dan Efi orgasme bareng-bareng. Aku hamburkan semua spermaku dalam memek Efi yang berdenyut kuat dan aku tertidur.

Aku bangun sekitar pukul setengah sembilan dengan kemaluan masih menancap dalam memek Efi. Aku bangunkan dia dan,… asiknya si Efi jadi minta lagi. Malam itu aku ganti ganti style mulai dari frontal, berdiri, doggy style juga dengan duduk diatas kursi. Aku bermalam di tempat kost itu kali ini bukan di kamar Nina tapi di kamar Efi. Aku jadi nggak kesepian lagi meski Nina ke Bromo sampai empat hari dan empat hari itu aku dan Efi menggunakan kesempatan sebaik-baiknya.

Efi pindah kost setelah dua minggu sejak itu. Tempat kost baru Efi sejenis dengan tempat kost sebelumnya bebas keluar masuk. Aku dapat dua jatah satu dengan Nina satu lagi dengan Efi. Terus terang aku lebih suka main dengan Nina yang lebih prof daripada Efi. Beberapa hal yang aku suka pada tubuh Efi adalah memeknya yang nggak terlalu banyak bulu dan teteknya yang begitu ranum, sedang yang aku suka pada Nina adalah teknik main sexnya yang luar biasa.

aku mencapai kepuasan dan mengeluarkan cairan hangat divagina tari

Pada suatu malam minggu mennginginkan aku mengantar untuk mencari perlengkapan menjelang pernikahan yang akan
berlangsung dua minggu lagi dan aku pergi ke salah satu alon dan perias terkenal dikota itu. Malam nya ketika Tari
sedang mencoba kebaya untuk pernikahan aku sempat melihat tari sedang telanjang untuk mengganti baju tersebut dan
aku tergoda oleh bayangan tubuh indah tari dan aku yang memegang kamera diam-diam merekamnya. Aku masuk
kekamar Tari setelah berpakaian lengkap dan aku kagum dengan kecantikan tari.Matanya yang indah,rambut yang hit
am,tebal dan panjang bodinya yang menggiurkan . tetapi aku mempunya satu photo yang memuat photo tari yang seksi
dan tari sangat takut bila foto itu dilihat calon suaminya . Aku mengambil foto tari yang masih berkebaya pengantin
tersebut dan aku mendekati tari .dan kuberi tari kue ulangtahun nya dan tari menciumku. aku membalas ciuman tari entah
kenapa saat bibirku beradu aku nekad mencium memeluk bahkan aku menjilati bibir tari yang seksi sambil berkata tari
kamu sangat cantik .tanganku piknik keleher mengelus leher tari dan tari mendiamkan akhirnyaa tanganku sampai ke dua
bukit kembar tari dan aku mencium leher tari .Terangsang dan membiarkan aku mencopot selendang dan meremas
payudara tari dan mencopoti kebaya tari dan kugendong tari keranjangnya dan cd tari kucopot dan terbuka lobang vagina
tari dan Tari yang masih perawan dan kujilati keluar suara parau dan Tari oooh, aaah dan aku menjilati berulang ulang
dan loba ng vagina tari sudah basah aku celanaku dantari dan tari membiarkan aku mencopot baju kebaya pengatinnya
dan tari sekarang hampir polos dan bh tari ku buka aku mengarahkan snjataku kelubang vagina tari dan tari memsukan
lobang yang masih sempit dan ooough tari menahan sakit dan keluar darah virgin dan aku mulai menggoyang goyang tari
setelah beberapa kali tari mulai terangsang dan mengikuti goyanganku.Tanganku meremas dada tari yang membusung
tari makin tak keruan.rambutnya yang rapi kini sudah berantakan Aaaah oooh dan keringat yang keluar dari badan tari
yang mulus .Tari hampir mencapai orgasme Dan goyangan tari makin cepat dan meremas dan menjilti dada tari yang
merangsang dan tari mencubit dan memeluk aku mencapai kepuasan dan mengeluarkan cairan hangat divagina tari dan
aku menikmati malam pertama dengan kakak angkatku

kemaluanku terbenam di dalam liang kemaluan Indri

Kalau tidak salah, malam itu adalah malam minggu, kebetulan pada waktu itu aku lagi bersiap-siap untuk keluar. Tiba-tiba telpon di rumahku berbunyi, ternyata dari Deni yang mau pinjam motorku untuk menjemput temannya di stasiun kereta api. Dia juga bilang nitip sebentar tunangan kakaknya, karena di rumah lagi tidak ada siapa-siapa. Aku tidak bisa menolak, lagi pula aku ingin tahu tunangan temanku itu seperti bagaimana rupanya.Tidak lama kemudian Deni datang, karena rumahnya memang tidak begitu jauh dari rumahku dan langsung menuju ke kamarku."Hei Rick..! Aku langsung pergi nih.. mana kuncinya..?" kata Deni."Tuh.., di atas meja belajar." kataku, padahal dalam hati aku kesal juga bisa batal deh acaraku."Oh ya Rick.., kenalin nih tunangan kakakku. Aku nitip sebentar ya, soalnya tadi di rumah nggak ada siapa-siapa, jadinya aku ajak dulu kesini. Bentar kok Rick..," kata Deni sambil tertawa kecil."Erick..," kataku sambil menyodorkan tanganku."Indi..," katanya sambil tersenyum."Busyeett..! Senyumannya..!" kataku dalam hati.Jantungku langsung berdebar-debar ketika berjabatan tangan dengannya. Bibirnya sensual sekali, kulitnya putih, payudaranya lumayan besar, matanya, hidungnya, pokoknya, wahh..! Akibatnya pikiran kotorku mulai keluar."Heh..! Kok malah bengong Rick..!" kata Deni sambil menepuk pundakku."Eh.. oh.. kenapa Den..?" kaget juga aku."Rick, aku pergi dulu ya..! Ooh ya Ndi.., kalo si Erick macem-macem, teriak aja..!" ucap Deni sambil langsung pergi.Indi hanya tersenyum saja."Sialan lu Den..!" gerutuku dalam hati.Seperginya Deni, aku jadi seperti orang bingung saja, serba salah dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Memang pada dasarnya aku ini sifatnya agak pemalu, tapi kupaksakan juga akhirnya."Mo minum apa Ndi..?" kataku melepas rasa maluku."Apa aja deh Rick. Asal jangan ngasih racun." katanya sambil tersenyum."Bisa juga bercanda nih cewek, aku kasih obat perangsang baru tau..!" kataku dalam hati sambil pergi untuk mengambil beberapa minuman kaleng di dalam kulkas.Akhirnya kami mengobrol tidak menentu, sampai dia menceritakan kalau dia lagi kesal sekali sama Edi tunangannya itu, pasalnya dia itu sama sekali tidak tahu kalau Edi pergi keluar kota. Sudah jauh-jauh datang ke Bandung, nyatanya orang yang dituju lagi pergi, padahal sebelumnya Edi bilang bahwa dia tidak akan kemana-mana."Udah deh Ndi.., mungkin rencananya itu diluar dugaan.., jadi Kamu harus ngerti dong..!" kataku sok bijaksana."Kalo sekali sih nggak apa Rick, tapi ini udah yang keberapa kalinya, Aku kadang suka curiga, jangan-jangan Dia punya cewek lain..!" ucap Indi dengan nada kesal."Heh.., jangan nuduh dulu Ndi, siapa tau dugaan Kamu salah," kataku."Tau ah.., jadi bingung Aku Rick, udah deh, nggak usah ngomongin Dia lagi..!" potong Indi."Terus mau ngomong apa nih..?" kataku polos.Indi tersenyum mendengar ucapanku."Kamu udah punya pacar Rick..?" tanya Indi."Eh, belom.. nggak laku Ndi.. mana ada yang mau sama Aku..?" jawabku sedikit berbohong."Ah bohong Kamu Rick..!" ucap Indi sambil mencubit lenganku.Seerrr..! Tiba-tiba aliran darahku seperti melaju dengan cepat, otomatis adikku berdiri perlahan-lahan, aku jadi salah tingkah. Sepertinya si Indi melihat perubahan yang terjadi pada diriku, aku langsung pura-pura mau mengambil minum lagi, karena memang minumanku sudah habis, tetapi dia langsung menarik tanganku."Ada apa Ndi..? Minumannya sudah habis juga..?" kataku pura-pura bodoh."Rick, Kamu mau nolongin Aku..?" ucap Indi seperti memelas."Iyaa.., ada apa Ndi..?" jawabku."Aku.., Aku.. pengen bercinta Rick..?" pinta Indi."Hah..!" kaget juga aku mendengarnya, bagai petir di siang hari, bayangkan saja, baru juga satu jam yang lalu kami berkenalan, tetapi dia sudah mengucapkan hal seperti itu kepadaku."Ka.., Kamu..?" ujarku terbata-bata.Belum juga kusempat meneruskan kata-kataku, telunjuknya langsung ditempelkan ke bibirku, kemudian dia membelai pipiku, kemudian dengan lembut dia juga mencium bibirku. Aku hanya bisa diam saja mendapat perlakuan seperti itu. Walaupun ini mungkin bukan yang pertama kalinya bagiku, namun kalau yang seperti ini aku baru yang pertama kalinya merasakan dengan orang yang baru kukenal.Begitu lembut dia mencium bibirku, kemudian dia berbisik kepadaku, "Aku pengen bercinta sama Kamu, Rick..! Puasin Aku Rick..!"Lalu dia mulai mencium telinganku, kemudian leherku, "Aahh..!" aku mendesah.Mendapat perlakuan seperti itu, gejolakku akhirnya bangkit juga. Begitu lembut sekali dia mencium sekitar leherku, kemudian dia kembali mencium bibirku, dijulurkan lidahnya menjalari rongga mulutku. Akhirnya ciumannya kubalas juga, gelombang nafasnya mulai tidak beraturan. Cukup lama juga kami berciuman, kemudian kulepaskan ciumannya, kemudian kujilat telinganya, dan menelusuri lehernya yang putih bak pualam.Ia mendesah kenikmatan, "Aahhh Rick..!"Mendengar desahannya, aku semakin bernafsu, tanganku mulai menjalar ke belakang, ke dalam t-shirt-nya. Kemudian kuarahkan menuju ke pengait BH-nya, dengan sekali sentakan, pengait itu terlepas.Kemudian aku mencium bibirnya lagi, kali ini ciumannya sudah mulai agak beringas, mungkin karena nafsu yang sudah mencapai ubun-ubun, lidahku disedotnya sampai terasa sakit, tetapi sakitnya sakit nikmat."Rick.., buka dong bajunya..!" katanya manja."Bukain dong Ndi..," kataku.Sambil menciumiku, Indi membuka satu persatu kancing kemeja, kemudian kaos dalamku, kemudian dia lemparkan ke samping tempat tidur. Dia langsung mencium leherku, terus ke arah puting susuku.Aku hanya bisa mendesah karena nikmatnya, "Akhh.., Ndi."Kemudian Indi mulai membuka sabukku dan celanaku dibukanya juga. Akhirnya tinggal celana dalam saja. Dia tersenyum ketika melihat kepala kemaluanku off set alias menyembul ke atas.Indi melihat wajahku sebentar, kemudian dia cium kepala kemaluanku yang menyembul keluar itu. Dengan perlahan dia turunkan celana dalamku, kemudian dia lemparkan seenaknya. Dengan penuh nafsu dia mulai menjilati cairang bening yang keluar dari kemaluanku, rasanya nikmat sekali. Setelah puas menjilati, kemudian dia mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya."Okhh.. nikmat sekali," kataku dalam hati, sepertinya kemaluanku terasa disedot-sedot.Indi sangat menikmatinya, sekali-sekali dia gigit kemaluanku."Auww.., sakit dong Ndi..!" kataku sambil agak meringis.Indi seperti tidak mendengar ucapanku, dia masih tetap saja memaju-mundurkan kepalanya.Mendapat perlakuannya, akhirnya aku tidak kuat juga, aku sudah tidak kuat lagi menahannya,"Ndi, Aku mau keluar.. akhh..!"Indi cuek saja, dia malah menyedot batang kemaluanku lebih keras lagi, hingga akhirnya, "Croott.. croott..!"Aku menyemburkan lahar panasku ke dalam mulut Indi. Dia menelan semua cairan spermaku, terasa agak ngilu juga tetapi nikmat.Setelah cairannya benar-benar bersih, Indi kemudian berdiri, kemudian dia membuka semua pakaiannya sendiri, sampai akhirnya dia telanjang bulat. Kemudian dia menghampiriku, menciumi bibirku."Puasin Aku Rick..!" katanya sambil memeluk tubuhku, kemudian dia menuju tempat tidur.Sampai disana dia tidur telentang. Aku lalu mendekatinya, kutindih tubuhnya yang elok, kuciumi bibirnya, kemudian kujilati belakang telinga kirinya.Dia mendesah keenakan, "Aahh..!"Mendengar desahannya, aku tambah bernafsu, kemudian lidahku mulai menjalar ke payudaranya. Kujilati putingnya yang sebelah kiri, sedangkan tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kiri, sambil kadang kupelintir putingnya."Okkhh..! Erick sayang, terus Rick..! Okhh..!" desahnya mulai tidak menentu.Puas dengan bukit kembarnya, badanku kugeser, kemudian kujilati pusarnya, jilatanku makin turun ke bawah. Kujilati sekitar pangkal pahanya, Indi mulai melenguh hebat, tangan kananku mulai mengelus bukit kemaluannya, lalu kumasukkan, mencari sesuatu yang mungkin kata orang itu adalah klitoris. Indi semakin melenguh hebat, dia menggelinjang bak ikan yang kehabisan air. Kemudian aku mulai menjilati bibir kemaluannya, kukuakkan sedikit bibir kemaluannya, terlihat jelas sekali apa yang namanya klitoris, dengan agak sedikit menahan nafas, kusedot klitorisnya."Aakkhh.. Rick..," Indi menjerit agak keras, rupanya dia sudah orgasme, karena aku merasakan cairan yang menyemprot hidungku, kaget juga aku.Mungkin ini pengalaman pertamaku menjilati kemaluan wanita, karena sebelumnya aku tidak pernah. Aku masih saja menjilati dan menyedot klitorisnya."Rick..! Masukin Rick..! Masukin..!" pinta dia dengan wajah memerah menahan nafsu.Aku yang dari tadi memang sudah menahan nafsu, lalu bangkit dan mengarahkan senjataku ke mulut kemaluannya, kugesek-gesekkan dulu di sekitar bibir kemaluannya."Udah dong Rick..! Cepet masukin..!" katanya manja."Hmm.., rupanya ni cewek nggak sabaran banget." kataku dalam hati.Kemudian kutarik tubuhnya ke bawah, sehingga kakinya menjuntai ke lantai, terlihat kemaluannya yang menyembul. Pahanya kulebarkan sedikit, kemudian kuarahkan kemaluanku ke arah liang senggama yang merah merekah. Perlahan tapi pasti kudorong tubuhku."Blesss..!" akhirnya kemaluanku terbenam di dalam liang kemaluan Indri."Aaakkkhhh Rick..!" desah Indi.Kaget juga dia karena sentakan kemaluanku yang langsung menerobos kemaluan Indi.Aku mulai mengerakkan tubuhku, makin lama makin cepat, kadang-kadang sambil meremas-remas kedua bukit kembarnya. Kemudian kubungkukkan badanku, lalu kuhisap puting susunya."Aakkhh.., terusss.., Sayangg..! Terusss..!" erang Indi sambil tangannya memegang kedua pipiku.Aku masih saja menggejot tubuhku, tiba-tiba tubuh Indi mengejang, "Aaakkhhh.. Eriicckk..!"Ternyata Indi sudah mencapai puncaknya duluan."Aku udah keluar duluan Sayang..!" kata Indi."Aku masih lama Ndi..," kataku sambil masih menggenjot tubuhku.Kemudian kuangkat tubuh Indi ke tengah tempat tidur, secara spontan, kaki Indi melingkar di pinggangku. Aku menggenjot tubuhku, diikuti goyangan pantat Indi."Aakkkhhh Ndi.., punya Kamu enak sekali." kataku memuji, Indi hanya tersenyum saja.Aku juga heran, kenapa aku bisa lama juga keluarnya. Tubuh kami berdua sudah basah oleh keringat, kami masih mengayuh bersama menuju puncak kenikmatan. Akhirnya aku tidak kuat juga menahan kenikmatan ini."Aahh Ndi.., Aku hampir keluar..," kataku agak terbata-bata."Aku juga Rick..! Kita keluarin sama-sama ya Sayang..!" kata Indi sambil menggoyang pantatnya yang bahenol itu.Goyangan pantat Indi semakin liar. Aku pun tidak kalah sama halnya dengan Indi, frekuensi genjotanku makin kupercepat, sampai pada akhirnya, "Aaakkhhh.., Ericcckkk..!" jerit Indi sambil menancapkan kukunya ke pundakku."Aakhhh, Indiii.., Aku sayang Kamuuu..!" erangku sambil mendekap tubuh Indi.

liang kemaluannya berdenyut-denyut seperti menghisap batang kemaluanku

Waktu bertemu Novi memakai pakaian blouse kaos ketat you can see dan panjangnya sampai tengah pahanya sehingga paha putih mulus akan terlihat jelas, blouse berwarna hitam putih berbahan tipis dan di bagian atas model tali terkait ke bahunya. Blousenya itu mencetak jelas body dan buah dadanya yang berukuran 36B dan dari bokongnya yang nungging terbentuk bulatan penuh menyerupai gunung kembar terlihat celana dalam kecil dan tipis tercetak di blouse bagian belakangnya, paha putih mulusnya jika selagi duduk terlihat celana dalam tipisnya yang berwarna hitam sungguh seksi malam ini.Trisno tersenyum senang ketika bertemu apalagi melihat Novi terlihat seksi kulihat dia beberapa kali mencuri pandang ke Novi dan ketika kami bertiga berjalan dengan mobil dia beberapa kali berbicara dengan Novi sambil membalikkan tubuhnya ke belakang karena Novi duduk di belakang sementara aku terus menyetir mobil menuju ke karaoke di bilangan Harmoni.Kita memang ingin santai terutama aku karena untuk melepas stress akibat pekerjaan, bernyanyi dan tertawa di ruang tertutup tentu lebih enak dan puas. Memang betul, dicoba saja walaupun suara anda pas-pasan atau fals, tidak usah anda pikirkan karena semua teman anda tahu bahwa anda bernyanyi dan menikmati suasana untuk melepas beban kerjaan, teriak-teriak saja boleh kok! asal teman anda jangan pada budeg saja jadinya.Kami bertiga masuk keruangan VIP room di VIP ini ada kursi mebel yang panjang berbentuk huruf U kamar tidur tersendiri dan kamar mandi dalam lengkap. Setelah memesan makanan dengan satu picher bir dan nasi goreng berikut kentang goreng plus kacang mede, kami bernyanyi bersama dan kadang sendiri diselang-seling dengan dansa bertiga dan joged berdua pokoknya semua happy. Setelah tuntas makan dan minum kembali bernyanyi setelah melihat suasana telah menghangat aku melihat antara Trisno dan Novi adanya perasaan ingin berbincang tanpa adanya aku, maka aku mengambil inisiatif untuk ke bawah, bilangnya untuk mengambil rokok, padahal tinggal pesan saja ke kamar rokok dapat di antar ke kamar. Bagaimanapun juga peristiwa yang lalu sudah berlangsung cukup lama sehingga mereka agak cukup riskan juga untuk lebih mengakrabkan suasana yang ada.Ini terlihat ketika beberapa kali Trisno berusaha lebih mendekatkan diri ke Novi dengan posisi duduk Novi di antara kami berdua terlihat. Trisno kadang dengan ragu meletakkan tangannya di pundak Novi apabila Novi merebahkan badannya ke sofa, kadang dengan pura-pura bercanda tangannya diletakkan di paha Novi dan Novi juga terlihat canggung, kadang mencubit paha Trisno kadang merebahkan kepala dan badannya ke pundak Trisno dan kepadaku juga dia melakukan hal itu.Akhirnya, "Aku ke bawah dulu ya... mau ambil rokok di mobil." kataku. Kulihat Trisno tersenyum, "Saya kalau bisa Marlboro..." kata Trisno. Novi hanya tersenyum, "Yaa sudah saya cariin deh kalau ada warung rokok di seberang jalan," kataku memberi kesempatan ke mereka berdua untuk waktu yang agak memungkinkan mereka lebih mengakrabkan suasana yang ada karena bagaimanapun Novi adalah kekasihku dan Trisno adalah teman baikku yang sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri. Aku keluar ruangan dan segera mengambil rokok di mobil dan segera naik kembali ke atas. Aku sengaja tidak masuk ke dalam ruangan, tapi karena kulihat pintunya yang sebagian tengahnya dari kaca gelap maka aku dapat melihat ke dalam. Aku ingin tahu apa mereka telah akrab kembali? Kebetulan di lantai atas suasananya sepi dan dari luar kaca itu aku dapat melihat ke dalam, karena di dalam ruangan itu lampunya dalam keadaan hidup sementara di luar dalam keadaan gelap. Biasanya di dalam dimatikan dan hanya diterangi dari cahaya TV yang menyala. Kulihat ternyata posisi Trisno telah berubah sekarang. Mereka terlihat sedang saling berpelukan mesra. Kulihat tangan Novi melingkar ke belakang leher Trisno, sementara tangan Trisno juga memeluk pinggang Novi. Trisno sedang mencium bibir Novi dan ternyata Novi membalas dengan menengadahkan kepalanya ke atas. Mereka saling melumat, terlihat dari gerakan kepala Trisno dan Novi yang saling berpindah posisi miring kiri dan kanan dengan penuh emosi mereka berdua tengah saling mempermainkan lidahnya. Setelah cukup lama maka tangan Trisno mulai merayapi lekuk lekuk tubuh Novi. Kadang tangannya meremas bongkahan bokong Novi dan perlahan merayap ke atas dan sampai ke gundukan bukit buah dada Novi dan dengan remasan perlahan tapak tangannya lalu membuat gerakan meremas dan memutar seperti memijat.Ketika Novi menengadahkan kepalanya ke samping segera Trisno menundukan kepalanya ke gundukan buah dada Novi dan melakukan gerakan mencium buah dadanya dari luar blouse sambil menciumi dada Novi. Dari luar, tangan Trisno menarik tali di pundak kiri Novi lalu menarik tali itu ke bawah melewati tangannya karena dia tidak memakai BH. Maka tersembulah buah dadanya bagian kiri dengan daging yang putih mulus dengan putingnya yang telah mengeras di muka Trisno. Dengan perlahan lidah Trisno menyapu gundukan bukit buah dada Novi dan kadang menghisap perlahan puting Novi. Kulihat Novi memejamkan matanya dan mulutnya terbuka. Aku tidak dapat sama sekali mendengar erangan dan desahan Novi karena ruangan itu kedap suara dan juga adanya suara lagu-lagu yang terus berputar di ruangan itu. Tapi itu tidak menghalangi keinginanku untuk terus melihat dari luar tanpa berusaha untuk masuk ke dalam kamar karena aku sudah berjanji kepada Trisno bahwa aku akan membagi semua milikku kepadanya termasuk kekasihku dan aku akan ceritakan di lain kesempatan bagaimana Trisno juga memberikan adiknya kepadaku.Novi telah birahi, dia menggelinjangkan badannya ketika Trisno terus menghisap putingnya. Sementara tangan kanannya mengangkat pinggul Novi ke atas dan Novi dengan pasrah mengikuti gerakan tangan Trisno yang mengangkat blouse ketat Novi ke atas. Blouse itu berhenti di atas pinggulnya sehingga sebagian pinggulnya yang putih mulus itu telah berada di dalam genggaman tangan Trisno. Tangan itu terus mengusap dan membelai paha jenjang, sementara celana dalam hitam Novi yang tipis terlihat jelas dan gundukan daging liang kemaluannya tercetak di kain penutup celananya juga terlihat remang-remang bulu-bulu kemaluannya keluar dari atas celana dalam mini Novi. Tangan Trisno yang kiri kulihat membuka reitsleting celana jeansnya dan kulihat tangannya mengeluarkan kejantanannya yang ternyata telah menegang dan besar lalu mengarahkan tangan Novi untuk memegang batang kejantanannya.Novi dengan perlahan memegang batang kemaluan tersebut, dan secara perlahan lama kelamaan mulai mengurut batangan itu ke atas ke bawah dan mereka berdua terus memberikan rangsangan kepada lawannya masing-masing. Tangan Trisno kadang meremas bongkahan pantat Novi dan meremas pinggul Novi. Sementara Novi tangannya terus mengurut batang kemaluannya ke atas ke bawah. Cukup lama mereka melakukan hal itu. Kurasa mereka berdua saling mendesah dan mengerang terlihat dari gerakan bibir dan mulut Trisno dan Novi yang kadang terbuka dan tertutup. Kadang mereka saling bicara diselingi ciuman mesra layaknya orang bercumbu penasaran dan cemburu pasti ada pada diriku tapi dorongan untuk melihat tindakan mereka berdua lebih kuat di otakku saat ini.Blouse Novi, tali dipundaknya telah terlepas kedua-duanya ke bawah sehingga blouse tersebut kini terlipat di tengah badan Novi, bibir dan lidah Trisno berganti-ganti mengisap dan melumat bukit dada Novi kiri dan kanan membuatnya mengerang dan menggelinjang badannya. Kulihat Trisno berkata sesuatu ke Novi dan tangan Trisno mengangkat Novi ke pangkuannya kulihat Trisno duduk menyandarkan badannya ke belakang. Sementara Novi duduk di pangkuan Trisno, dengan mesranya tangan Trisno meremas bongkahan pantat Novi sementara mulut mereka berdua saling lumat saling bermain lidah dan kadang tangan Trisno keduanya meremas kedua bukit dada Novi dan Novi pun karena terangsang mulai menggerakkan perlahan pinggulnya maju mundur. Rupanya batang kemaluan Trisno tengah digesek-gesekkan ke belahan kemaluan Novi walaupun Novi tetap memakai celana mininya yang tipis, tapi aku yakin Novi merasakan gesekan batang kemaluan Trisno di belahan kemaluannya. Tak kumengerti kenapa Trisno tidak melepas celana dalam Novi yang tipis dan kecil itu padahal tinggal menarik atau menggeser sedikit tutup kain tipis kecil penutup belahan kemaluan Novi, maka liang kemaluan Novi akan terbuka di hadapannya dan tentu batang kemaluan besar itu dapat menerobos belahan liang kemaluannya. Hanya terlihat tangan Trisno masuk ke dalam celana Novi di bagian pantat dan hanya dengan menggeser kain tipis pada pantat Novi. Jemari Trisno dengan leluasa meremas bongkahan pantat Novi. Saya hanya bermasturbasi ria sambil menonton atraksi yang menggairahkan itu.Novi terus bergerak di pangkuan Trisno, kedua tangannya merangkul leher Trisno sehingga bukit buah dada Novi tepat berada di muka Trisno. Sementara gerakan pantatnya maju mundur memberikan gesekan pada belahan kemaluannya kadang kepalanya tertunduk dan membuat bukit dadanya menekan muka Trisno saat itu Trisno memberikan sapuan pada bukit tersebut dengan lidahnya. Pada saat kepalanya terlempar ke belakang, Trisno meremas buah dada itu dengan tangan kanannya melakukan gerakan memuntir perlahan puting Novi. Sementara tangan kirinya menyelinap ke belakang bongkahan bokong Novi dan membantu menggerakkan pinggul Novi maju mundur berirama kadang cepat kadang dengan gerakan lembut. Lidah dan mulutnya tak kalah sibuk terus melumat dan menjilati sekujur dada, leher dan muka Novi seperti mandi kucing. Kurang lebih lima belas menit mereka berdua bergerak seperti penari erotis dan akhirnya Novi sepertinya telah ejakulasi dengan keluar air kenikmatannya, terlihat dari gerakannya yang perlahan dan lemas dibahu Trisno. Trisno berbisik dan lalu merebahkan Novi ke kursi panjang itu dengan posisi tetap seperti dalam pangkuan. Maka ketika direbahkan ke kursi posisi Novi dalam keadaan tertindih dengan kakinya yang tetap mengangkang lebar. Sementara kedua paha Trisno berada di antara paha Novi. Batang kemaluan Trisno dalam keadaan menegang tetap berada di belahan kemaluan Novi yang ditutupi celana mini tipis itu.Tangan Novi memeluk leher Trisno dan bibir mereka kembali saling berpagutan dan terlihat mereka berdua saling bermain lidah. Sementara tangan Trisno tak lepas dari meremas dan membelai bukit buah dada Novi. Lalu Trisno berkata sesuatu ke Novi dan kulihat Novi menggelengkan kepalanya. Yak lama kemudian Trisno perlahan mulai menggerakkan pinggulnya naik turun. Kulihat gerakan itu teratur bergerak naik turun dan kadang menekan. Sementara Novi menengadahkan kepalanya ke atas. Aku tidak tahu apa mereka bersenggama atau hanya eges-eges (gesek gesek) tapi celana dalam Novi tetap berada pada tempatnya. Kalau melihat gerakan mereka persis seperti orang bersenggama tapi kok celana itu? Trisno terus bergerak maju mundur membuatku penasaran dan batang kemaluanku tegang sendiri. Memikirkan itu aku panik juga bagaimanapun dia itu adalah cewekku tapi ini kami lakukan hanya untuk untuk membuat dia senang dan mengisi kekosongan di dalam suasana yang BT. Untuk itu aku harus memastikannya aku segera membuka pintu perlahan, tapi ternyata mereka berdua tidak mengetahuinya, pasti karena suara lagu yang diputar cukup keras sehingga mereka tidak tahu dan menyadari adanya kehadiranku di belakangnya.Dengan berdiri di belakang mereka aku dapat melihat jelas Trisno posisinya dengan bersandarkan pada kedua sikunya sehingga tubuhnya tidak menghimpit badan Novi tapi buah dada Novi tetap saling berhimpitan dengan dadanya. Sedangkan bagian bokong Trisno terus melakukan gerakan memajukan dan menarik pantatnya. Kulihat Novi mengerang dan mendesah perlahan, tapi aku tidak dapat melihat apakah celana dalam Novi digeser kain penutup depan bagian liang kemaluannya atau tidak karena terhalang oleh body Trisno yang tinggi besar, dan memang celana itu tetap berada di tempatnya hanya merosot sedikit ke bawah. Terlihat tali celana itu tidak lagi berada di pinggangnya tapi telah berada di pinggul. Penasaran melihat mereka akhirnya aku merasa yakin mereka hanya gesek- gesek, maka aku rebahan di kamar tidur kurang lebih sepuluh menit aku rebahan menenangkan diri. Ketika telah tenang otakku akhirnya kupanggil Novi ke dalam, "Novvv..." kataku. Tak ada jawaban , "Novvvvv..." kataku lagi. "Yaa..." kata Novi menjawab. Aku rasa dia berdua kaget kalau aku ternyata telah di dalam.Novi ke dalam dan tersenyum malu dengan wajah merah."Kenapa sayang..." kata Novi sambil memelukku."Kamu tadi ngapain..." kataku menyelidik sambil memandangnya gemas."Kamu kan lihat sendiri..." kata Novi."Kamu tidur sini..." kataku menarik dia rebahan di tempat tidur.Tanpa buang waktu ketika dia belum rebahan kulepas baju kaosnya sehingga tinggal celana dalam mininya. Perlahan kujilati buah dadanya, terasa wangi permen menthol. Memang di depan disediakan permen, tapi terus saja kulumat putingnya. Dia mengerang dan rupanya dia tidak sabar, segera menarik kaosku ke atas serta segera melepaskan celana panjang dan celana dalamku. Rupanya pemanasan yang dilakukan tadi di luar bersama Trisno terlalu lama membuatnya sudah ingin untuk bersenggama. Kejantananku yang sudah menegang segera dipegangnya lalu dihisap dan dilumat ke dalam mulutnya. Kurasa dia begitu terangsang birahinya karena dalam melumat batang kemaluanku semua ditelannya sampai mentok di tenggorokannya. Kadang bijiku dihisap dan lidahnya bermain di sekujur batang kemaluanku sampai ke buah zakarku dijilatinya.Lidahnya terus bermain-main di ujung kepala kemaluanku dan menggeser-geser belahan lubang kencing kemaluanku. Rasanya... "Uuufff aakkhhh..." desahku. "Gila banget! Kamu sudah konackhh ya.. Ginnn..." erangku keenakan dan terasa geli kadang meriang (coba saja hal itu dengan pasangan anda pasti meriang itu badan). Gila juga Novi kalau sudah panas dia seperti orang di padang pasir. Habis semua kemaluanku dilumatnya, sementara kulihat dicelananya ada gumpalan cairan membasahi kain celana penutup belahan kemaluannya, seperti bulatan. Rupanya dia sudah banjir dari tadi atau bekas air mani Trisno? Penasaran aku tanya dia, "Kamuuu tadi gituan yaaa...?" tanyaku penasaran. "Emmmhh... emmhhhff..." dia tidak menjawab hanya terus melumat batang kemaluanku lebih kuat lagi. Digigitnya kepala kemaluanku pelan dan gemas, "Akkhhh... gilaaa kamuuu..." kataku. Batang kemaluanku mengeras kuat seperti besi balok. Kubiarkan dia memuaskan hasratnya melumat habis kejantananku dari ujung sampai pangkalnya.Momen ini kunikmati dan segera kubuka celana dalamnya, ternyata kemaluannya telah basah dan lembab. Saat kubelai belahannya masih terasa rapat, jadi mungkin dia belum sampai sejauh itu, pikirku. "Kamu di atas Nov..." kataku menarik badannya ke atas menduduki pinggangku. Perlahan dengan tangannya yang menggenggam batang kemaluanku mulai diarahkannya ke lubang kemaluannya. Kepala kemaluanku perlahan ditekan dengan bibir kemaluannya dan perlahan membelah bibir kemaluannya yang telah basah membuat lebih mudah kepala batang kemaluan itu menyusup belahannya. Terus Gina menekan ke bawah pinggulnya dan, "Akhhh..." erang Novi. "Enaaakkk... aduuhhh pelan-pelan, enakkk..." desahnya. "Uufff... yaa enaakk..." desahku keenakan. Pelan-pelan batang kemaluanku makin lama makin tenggelam ke dalam liang kemaluannya. "Akkkh... masuuukkk... ookkhh kontolllu... akkkggg... ennnakkkk..." erang Gina terpejam. "Gilaaa... liang kemaluan kamuuu... masih rapat Ginnn..." kataku sambil menghentakkan pinggulku ke atas dan menariknya ke bawah perlahan seperti slow motion berulang kali.Setelah sepuluh kali dengan gerakan itu, terasa telah dengan bebas dan mantap terkendali kemaluanku menyodoknya. Lama kemudian gerakan batang kemaluanku makin mantap menyodok liang kemaluan Gina. Dengan sepenuh tenaga kugerakkan pinggulku naik turun tanpa henti sebanyak dua puluh kali membuat Novi berteriak sambil matanya terpejam histeris, "Aaakk.. akhhh.. akkkhh... oohhkkk... aahhh.. uufff... aduhhhh... giilllaa... aahhh... aadduuhh..." terengah Novi. Sangat bergairah dia dengan gerakanku membuatnya membalas gerakanku dengan hentakan kasar. Novi segera menghentakkan pinggulnya cepat kadang dia melakukan gerakan memutarkan pinggulnya sehingga terdengar bunyi "Brreeoott... brreettt... brreeeoott..." Rupanya telah banjir sekali di dalam liang kemaluannya tapi dinding kemaluannya tetap menjepit batang kemaluanku. "Luar biasa, gila kamuuu hot bangetttt.. Ginnn..." kataku. "Gue mauuu yang kuattt... yang kuattt nekannya ahhkkk.. yang panjang kontolnyaa... akkkhh terusss ngentotin kontolnya... akkgg..." erang Novi histeris. Kurasa Trisno juga mendengar erangan Novi karena pintu kamar tidak kututup ketika Novi masuk tapi biar saja dia terangsang, pikirku.Selang lima belas menit ternyata gerakannya makin panas saja. Habis sudah kemaluanku dihisap ditarik di dalam liang kemaluannya. Sementara badannya telah keringatan, "Aahh... aaahhkkk... uufff... ennaakk..." desah kami berdua. Kadang aku sengaja mengangkat pantatku tinggi-tinggi dan dia menekan kemaluannya makin ke bawah terus pinggulnya berputar-putar sehingga terdengar bunyi "Breeet brett brrett..." Terasa panas di sekitar batang kemaluanku. Kuat juga aku telah dua puluh menit dengan gerakan yang membuat keringat membanjir tapi sampai saat ini belum terasa juga kalau air maniku akan keluar. Biasanya yaaa dengan gerakan yang seperti biasa paling lama sepuluh menit keluar air maniku. Mungkin karena aku ingin membuktikan bahwa aku juga bisa kuat dari teman baikku. Yang jelas batang kemaluanku dalam keadan stabil menegang terus dan gerakanku tidak berubah. Kadang lembut dengan hentakan yang kuat dan kasar dengan gerakan memutar dan mengocokkan batang kemaluanku terasa seperti membor lubang kemaluannya dan ternyata Novi menyukai gerakan dan hentakan yang kulakukan."Giiilaaa.. kamu kuat sekali... tumben tuh... oohh gue puaasss..." desah Novi keenakan dengan tersenyum puas."Ya sudah lama ya Nov, nggak beginii..." desahku.Karena tidak keluar-keluar juga ini air mani, akhirnya kami kecapaian sendiri. Dalam keadaan terengah-engah keenakan kami berhenti sebentar. Akhirnya aku tanya ke dia,"Bagaimana kalau kita istirahat dulu Nov.." ternyata dia mengangguk setuju dengan muka memerah dan keringat di dahinya menetes. Aku usul lagi,"Kita keluar yukk... Nov.. kasihan Trisno... sendiri di luar," kataku.Tanpa bertanya lagi Novi lalu melepas segera batang kemaluanku dari lubang kemaluannya. Rupanya dia juga belum tuntas dan keluar dari kamar berjalan dengan telanjang bulat. Dia keluar sendiri, sementara aku menjadi bengong.Ternyata Novi tanpa bertanya lagi keluar kamar dalam keadaan badan telanjang bulat. Gillaa! sudah konak dia rupanya. Beraninya dia telanjang bulat menemui Trisno di ruang depan. Aku tersentak, segera ke kamar mandi mencuci kemaluanku yang telah basah oleh karena air kenikmatan dari liang kemaluan Novi. Di kamar mandi aku berpikir ngapain Novi di luar bersama Trisno, tentunya Trisno terkejut dengan kehadiran Novi yang telanjang bulat di hadapannya. Setelah cukup lama di kamar mandi membersihkan diri sekitar kemaluanku. Perlahan aku keluar kamar dan berdiri di pintu. Kulihat sesuatu yang telah membuat aku terkejut. Gila! aku jadi terangsang sendiri melihatnya. Novi ternyata dalam posisi yang sangat seksi sekali. Mungkin Novi telah tinggi birahinya. Sepertinya telah terangsang penuh birahinya dan tanpa malu dan ragu lagi dia dalam posisi menungging. Dalam posisi menungging di atas kursi dalam keadaan telanjang bulat. Terlihat tubuh putih mulusnya dengan lekuk tubuhnya, bokongnya putih mulus dan pinggul yang cukup besar pinggangnya yang ramping. Bokongnya yang tinggi ke atas dan buah dadanya menjuntai keras membentuk bulatan dengan putingnya yang telah mengeras, rambutnya yang hitam dan panjang lurus sebagian tergerai kesampingnya, sebagian lagi menutupi pundaknya yang halus dengan bulu-bulu halus di sekitar pundaknya menambah seksi posisinya. Sementara tangan kiri Trisno mengusap dan membelai serta kadang meremas bongkahan pantat Novi yang sedang menungging itu. Tangan kanan itu meremas buah dada Novi dengan remasan perlahan dengan jemari menjepit puting Novi. Trisno telah menarik celananya sendiri berikut celana dalamnya ke bawah di antara lututnya.Batang kemaluannya terlihat menegang keras dan besar dengan bulu-bulu kemaluan yang berwarna hitam. Sedangkan kepala kemaluannya berwarna merah dengan diameter ukuran botol Aqua 600 ml. Ukuran batangnya panjang 23 cm, diameter batangnya 6 cm. Terlihat kepala kemaluannya tengah dicium-cium oleh bibir Novi. Novi ternyata sedang asyik menciumi kepala batang kemaluan dan belahan air kencingnya. Dengan posisi menungging, dalam keadaan telanjang bulat, perlahan-lahan mulut itu menelan kepala dan batang kemaluan itu. Hampir tidak muat mulut Novi menelan kepala itu. Mulutnya harus membuka selebar-lebarnya dahulu baru dapat mengulum batang kemaluan Trisno. Perlahan dan tak lama kemudian terlihat kepala Novi naik turun ke atas ke bawah dan kadang lidahnya menjilati batang kemaluan Trisno yang besar. "Aahh Gooddhhh..." desah Trisno terpejam keenakan. Sementara Novi hanya mengerang karena tangan Trisno terus memberi remasan di sekitar kemaluannya. Terlihat tangan kiri Trisno menyusup dari bawah badan Novi dan berhenti jemarinya ketika berada di belahan selangkangan paha Novi. Jarinya bergerak membelai belahan kemaluan Novi yang telah basah.Setelah kurang lebih lima menit menyaksikan adegan yang mendebarkan jantung, perasaanku berdebar kencang karena terangsang. Aku benar tidak sabar melihat adengan itu. Kemaluanku mengeras kembali malah lebih keras dari yang tadi pada saat bersenggama di dalam kamar. Dalam keadaan telanjang bulat dengan batang kemaluan menegang aku menghampiri mereka. Kulihat mereka kaget, "Oopppss..." kata Trisno kaget. "Sorry gue nggak tahan..." kataku. Tanpa permisi lagi kuambil posisi di belakang bokong Novi yang polos dan dengan berjongkok di belakang Novi, mulutku langsung menjilati kemaluan Novi. Ternyata Trisno hanya tersentak sedikit tapi dia terus malah mengangkangkan kakinya lebih lebar sehingga belahan kewanitaan Novi itu lebih terkuak membuka, sehingga klitorisnya terlihat dan segera kujilati klitorisnya dan kumainkan lidahku di sekitar klitorisnya. "Aakkhh emhhff ahhh mmhhh aauufff... ahh..." desah Novi dengan kepalanya yang makin cepat bergerak naik turun di selangkanganku. Sementara tangan keduanya telah meremas buah dada Novi.Terus kumainkan belahan liang kemaluannya dan kadang lidahku menerobos masuk ke dalam belahannya terus mengkilik-kilik sekitar klitorisnya yang terlihat memerah. "Emmhhpp... emmppphh... ahhh..." dia mengerang keenakan. Kurasakan dia menggerakan pinggulnya dengan irama dangdut, yaitu menggerakkan perlahan bokongnya serta meliuk-liukan badannya dan berkedut-kedut liang kemaluannya, "Emmfff... mmmbhh..." kadang badan Novi di angkat ke atas dengan cara menekan buah dada Novi ke atas. Ketika itu bibir kami berdua saling berpagutan desahnya tidak tahan lagi dan terus tangannya mengarahkan kepala kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya dan perlahan, "Ahhkkk... aah ahhh... oohhh... ennaakknyaaa..." erang dan merintih dalam kenikmatan kemaluanku masuk perlahan. Tak lama batang kemaluanku dalam hitungan detik tenggelam sudah di dalam liang kemaluan Novi yang telah basah dan hangat dinding liang kemaluannya."Aahh... aahhh... aahhkk... dorong yang kerass.. ahk yaaa... aahkkk dorong terusss.... yyaa... ahkk tekan yang dalammm... eennaakhh..." rintih Novi sambil terus mengikuti gerakan dorongan pinggulku yang menghentakkan batang kemaluanku seluruhnya ke dalam lubang kemaluannya."Bleeppss... sleepss... bleebss... slleeppss bblleppss... slleppsss...""Aahhh... aahhh aahh eenaaknya... kamuuu... gilaa luaarr biasaa... enakkk ngentotin kamu Giinnn... akkhh..." erangku kenikmatan terasa hangat batang kemaluan.Dengan posisi kuda-kuda yang sangat mantap kakiku terasa menapak bumi tidak bergeser dalam menggerakkan pinggulku maju mundur sehingga pusat tekanannya dapat kupusatkan kepada batang kemaluanku yang terus menggenjot atau menggelosor keluar masuk belahan liang kemaluannya. Dengan gerakan seperti menyalurkan tenaga dalam maka nafasku dari seputar perut kuatur semua gerakanku sehingga gerakan yang terjadi bukan melalui pikiran tapi telah digerakkan secara otomatis melalui sekitar pinggulku nafasku perlahan dalam satu kali tarikan nafas, aku dapat menghujamkan kemaluanku sebanyak tiga kali atau bisa sampai tujuh kali. Pada saat melepas nafasku, keluar gerakan kulakukan berputar sekitar pinggulku, sehingga otomatis batang kemaluanku melakukan gerakan berputar dua atau berkali-kali di dalam liang kemaluannya."Aahkkk... akhh... gilaaa... gilaaa... akkhhh... akhhh... gilaaa... enakk... enaakk... ahhh... uuuff... adduhh... enaknyaaa... aaookhhh..." Novi merintih dan mengerang. Trisno melihat kepadaku dengan pandangan tidak percaya kalau aku dapat melakukan gerakan seperti itu yang membuat Novi kelojotan dan bergetar seluruh persendian badannya. Baru tahu dia, pikirku tersenyum kepadanya dan rupanya membuatnya menjadi terangsang. Kulihat matanya saat itu terbelalak ketika melihat batang kemaluanku keluar masuk teratur dengan nafas yang teratur juga. Batang dan kepala kemaluannya memerah dalam cengkeraman tangan Novi. Batangnya makin lama makin mengeras, karena Novi makin lama dia tidak dapat mengcengkeram diameter batang kemaluan itu. Novi makin mempercepat gerakan tangannya menarik dan melakukan gerakan memutar atau seperti memelintir batang itu. Ternyata Novi hanya tahan sepeluh menit di dalam menghadapi adukan batang kemaluanku yang mengamuk di dalam liang kemaluannya hingga dia melenguh dalam rintihan, "Aahhh... aakkhhh... ooohhhh gueee keluaarr..." badannya bergetar hebat dan matanya terpejam dan mulutnya terbuka menganga lebar.Trisno terpaku memandang Novi yang ejakulasi dengan badan yang bergetar dan akhirnya Trisno rupanya tidak tahan melihat keadaan yang ada di hadapannya dan yang juga terjadi pada batang kemaluannya. Sehingga matanya membelalak dan lalu terpejam, "Aahhkk aaahhh... ahhkkk..." keluar air maninya di dalam genggaman tangan Novi. Air mani itu meleleh di jari-jari Novi. "Ha.. haa haa..." aku tersenyum penuh kemenangan. Kalah lama dia karena aku sendiri belum apa-apa saat ini. Setelah Novi mengelap tangannya dengan tissue basah, kutarik dia untuk gantian duduk di atas pangkuanku. Dengan posisi saling berhadapan kemaluanku menghujam kembali ke dalam liang kemaluannya dan gantian dia yang bekerja dengan gerakan memutarkan pinggulnya dan gerakan memaju-mundurkan bokongnya dan kadang kurasa liang kemaluannya berdenyut-denyut seperti menghisap batang kemaluanku. Rupanya dia ingin membuatku keluar juga air maniku. Setelah lebih kurang sepuluh menitan dia membuat batang kemaluanku kerja keras. Kulihat dia juga telah mau keluar lagi mengerang. Dia, "Aahhkk... akhh ahhh gue mauuu keluaarrr... lagii... samaa-samaaa kamuuuu keluarrr jugaa... yaaa..." erang Novi. "Aahhh yyaaa barenggg Nov... guee juga ampirrrr... keluarr... aahhkk aakkhh... yaakkk keluuaaarr... ahkkk akhh..." erang Novi dan aku bersamaan, "Aahhh... giilaa.... eenaakk... puasss gueee," rintih Novi.Keluar sudah dan tuntas birahi yang menghimpit dan menggunung di dada ini. Ada barangkali lima semprotan air maniku keluar membasahi seluruh rongga dalam liang kemaluannya sampai akhirnya kulepas batang ini

kumuncratkan air mani ke dalam liang vaginanya."Oouughh... ahhh..!"

Aku adalah serang cowok dengan tinggi 175 cm dan berat 68 kg. Kata orang sih aku emang tidak terlalu ganteng, tapi manis. Biar begitu, aku banyak yang ngantri lho... (he he). Aku sempat mencuri pandang ketika dia sedang asyik ngobrol dengan kakakku. Kulihat anaknya lumayan. Wajahnya manis, dan juga dapat dibilang cantik. Yang bikin tambah menarik adalah body-nya itu lho. Bikin nggak tahan! Payudaranya yang cukup montok, ukuran sekitar 35A. apalagi dengan kaosnya yang ketat itu. Wah, bikin hati orang deg-degan melihatnya. Pahanya juga tidak kalah seksi. Dengan dibalut sebuah celana pendek jeans yang ketat, benar-benar memperlihatkan paha yang putih mulus dan pinggul yang benar-benar seksi.Ketika aku menatap wajahnya, dia malah sedang menatapku, sehingga kami beradu pandang selama beberapa saat, membuatku tambah grogi."Ada apa Doll? Apa ada yang salah dengan penampilanku?" katanya.Aku langsung salah tingkah, apalagi penisku sudah mulai mengeras."Huu, dasar ini si Doll. Nnggak bisa ngeliat cewek mulus sedikit aja, langsung deh matanya jelalatan!" kata kakakku."Abisnya kalian asyik ngobrol sendiri. Aku jadi nggak ada kerjaan deh." kataku memberi alasan.Ida hanya tersenyum saja, "Ya udah.., kamu ikutan ngobrol bareng kita disini."Begitulah, kemudian kami larut dalam obrolan kami. Dari situ kuketahui bahwa dia adalah seorang mahasiswi teknik lingkungan yang kuliah di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta, angkatan 2001 (mahasiswa baru), satu kampus dengan kakakku. Itulah sekilas tentang pertemuanku dengan Ida, seorang cewek yang memberi sebuah pengalaman tentang sex.Ketika aku hendak mudik bareng kakakku, aku sempat kaget dengan seorang gadis manis yang berdiri di terminal bus. Ternyata gadis itu adalah Ida. Dia membawa sebuah tas ransel dan sepertinya dia hendak bepergian juga. Ketika ditanya, ternyata dia ingin ikut kami pergi ke kota kelahiran kami. Wah, pucuk dicinta ulam tiba, batinku."Aku bosan berada di yogya, panas dan sumpek! Aku pengen ke kotamu. Sekalian refresing menenangkan pikiran sehabis ujian. Bolehkan?""Tentu boleh dong, asal entar jangan nyesel. Soalnya kotanya kecil." kataku.Dan ternyata kakakku juga tidak keberatan. Maka jadilah kami bertiga mudik bersama.Sepanjang perjalanan kami ngobrol bersama. Ternyata dia lagi marahan dengan pacarnya. Oleh karena itu dia sengaja kabur untuk menghindari ketemu dengan cowoknya itu."Jangan-jangan, kamu ikut dengan kami tanpa seijin dia dulu, ya?" kataku yang sebenarnya kecewa berat karena dia sudah punya pacar, padahal aku akan bahagia banget kalau dia mau jadi pacarku."Ah..! Ngapain ngomong-ngomong dulu sama dia. Emang dia bosku apa, sampai ngatur-ngatur aku..!" katanya."Setuju..!" kata kakakku ikutan ngomong.Begitulah, tanpa terasa kami sampai juga ke tempat tujuan.Begitu sampai di rumah, aku langsung masuk kamar dan tertidur lelap. Hari esoknya kami bertiga keliling-keliling kota dan bersenang-senang. Kami jalan-jalan di sepanjang pantai sambil mejeng, siapa tahu dapat gandengan. Kami berada di kota kelahiranku selama empat hari. Hari terakhir kami putuskan untuk berada di rumah saja, untuk mengisi tenaga buat perjalanan kembali ke Yogja, karena hari-hari sebelumnya sudah kami isi dengan jalan-jalan ke seluruh tempat wisata di kota kelahiranku.Pagi itu aku bangun agak kesiangan. Keadaan rumahku pagi itu sangat sepi. Aku melihat kakakku sedang tertidur di sofa. Kedua orangtuaku sedang pergi ke kantor masing-masing seperti biasanya. Aku langsung mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Ketika aku membuka pintu kamar mandi, aku sangat kaget ketika melihat Ida yang ternyata juga sedang mandi. Ida juga sangat kaget, apalagi saat itu dia sedang asyiknya membersihkan kemaluannya. Aku saat itu hanya bisa terbelalak melihat tubuh mulusnya telanjang bulat tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya yang aduhai itu.Aku melihat kedua gunung kembar yang montok dan kencang yang tidak pernah tersentuh tangan jahil, putih mulus dan mengkilat indah sekali, dengan kedua puting susu kecoklatan. Aku menurunkan pandanganku ke bawah, sehingga melihat dua buah bukit yang ranum merekah kemerah-merahan yang di atasnya ditumbuhi bulu-bulu halus bagaikan hutan cemara, membuatku sangat tegang dan tidak kuasa menahan hawa nafsu yang demikian besar. Aku langsung masuk ke kamar mandi dan menubruknya. Aku memeluknya dengan erat lalu mulai menciuminya secara bertubi-tubi. Ida meronta-ronta dengan perlakuanku itu."Doll..! Apa yang kau lakukan..? Jangan..! Uugh..! Lepaskan..! Kalau tidak, aku akan teriak..!"Ida meronta-ronta sambil berusaha mendorongku untuk lepas dari pelukanku. Tapi usahanya sia-sia, karena aku terus mendekapnya sekuat tenaga, sambil tanganku membungkam mulutnya takut kakakku bangun."Tenanglah Ida! Orang lain tidak akan tahu, karena hanya kita berdua saja yang ada di rumah ini. Sedangkan kakakku sedang tertidur pulas. Salahmu sendiri tidak mengunci kamar mandi." kataku sambil terus memeluknya dan membungkam mulutnya dengan mulutku.Ida yang tadinya terus meronta-ronta, akhirnya pertahanannya agak mengendur dan membalas ciumanku. Ciumannya tidak kalah dahsyat dengan ciumanku sambil memelukku dengan erat. Akhirnya kami berdua melumat bibir kami selama beberapa lama. Sambil melumat bibirku, Ida lalu mulai mengangkat kaosku dan menurunkan celana pendekku. Aku yang belum puas melumat bibirnya lalu kulanjutkan dengan menciumi lehernya dan kujilati bagian belakang telinganya."Aa... ah.. sst.. aahh..!" desahnya, membuatku semakin terangsang.Kemudian aku menurunkan kepalaku, lalu kupandangi dua buah payudara yang sudah kencang, yang kelihatan sangat menantang untuk dibelai. Aku langsung mendaratkan bibirku pada belahan dadanya, sementara kedua tanganku meraih kedua gunung kembar itu lalu kujilati kedua putingnya bergantian kiri dan kanan sambil meremas-remas payudara yang satunya. Puting susu itu kupelintir dengan mulutku sambil menghisapnya, dan sesekali menggigitnya perlahan, seperti yang kulihat di film-film porno. Perlakuanku ini membuat payudaranya menjadi sangat kencang dan membuat tubuh Ida menggelinjang tidak karuan sambil terus mendesah menahan nikmat."Aahh... sst.. aah.. enak sekali Doll... aahhh..!"Aku tidak menghiraukan desahan menahan nikmatnya Ida, dan terus melakukan aksiku yang menggebu-gebu. Kemudian kuturunkan kepalaku sehingga wajahku tepat berada di depan vagina Ida. Kucium perlahan-lahan, segar sekali baunya."Aaahh... Doll..!" desahnya sambil mengangkat pantatnya.Aku lalu membuka celah di antara kedua bukit dengan menggunakan kedua jari telunjuknya. Disitu kulihat vagina Ida yang dindingnya berdenyut-denyut sambil mengeluarkan cairan. Kusentuh cairan itu, agak lengket. Lalu aku menjulurkan lidahku ke dalam liang vaginanya, lalu kusapu seluruh permukaan dinding kemaluan Ida dengan lidahku, membuat Ida menggeliat-geliat bagai cacing kepanasan sambil tangannya menjambak rambutku dan menekan kepalaku seakan-akan tidak pernah akan melepaskannya.Matanya merem melek menahan nikmat, dan mulutnya tidak henti-hentinya mendesah."Aah.., sstsst... mmhhh... aahh... sst! Ya.., disitu Doll..! Eennaak.. Doll..! Geli.. tapi enak..! Mmmh..!" desahnya ketika kujilati daging yang timbul sebesar kacang kedele di dalam vaginanya, yang baru-baru ini kuketahui namanya klitoris."Enak ya, Ida. Vaginamu enak rasanya, Da..!" kataku yang terus menjilati liang vaginanya.Sesaat kemudian tubuh Ida menggelinjang semakin cepat."Oohh.., Doll..! Aku mau keluar, aku tak tahan lagi.., aooh.. sst aah..!" Ida mendesah panjang, dan dari dalam kemaluannya keluar cairan bening yang cukup banyak, sehingga masuk dan tertelan olehku.Aku cukup kaget karena belum pernah menelan cairan tersebut. Ternyata rasanya enak juga. Aku sudah dari tadi menahan tegangku ini, dan adik kecilku ini sudah menegang dan mengintip dari balik celana dalam. Langsung saja aku melepas CD-ku dan meminta Ida untuk berbaring di bathub. Semula Ida ragu ketika matanya melotot melihat penisku yang besar dan panjang itu. Penisku itu memang ukurannya diatas rata-rata.Aku yang sudah tidak tahan lagi untuk merasakan hangatnya liang vagina seorang perempuan, lalu merebahkan tubuh bugil Ida di atas bathub, dan membuka kedua pahanya leber-lebar. Seketika itu aku melihat kedua bukit yang kemerah-merahan merekah membuatku semakin terangsang untuk menyeruaknya dengan batang kemaluanku ini. Kemudian kusejajarkan tubuhku dengan tubuhnya sambil mengarahkan kepala penisku ke liang vaginanya. Kusentuhkan kepala penisku dengan vaginanya, rasanya hangat."Pelan-pelan ya, Doll..!" katanya dengan pandangan yang memelas."Tentu dong, Sayang..!"Kemudian kutekan tubuhku pelan-pelan, ternyata susah sekali untuk dapat masuk. Entah berapa kali penisku terpeleset. Aku sampai kehabisan akal, sempit sekali vaginanya. Tapi aku langsung mendapat ide dengan melumasi penisku dengan sabun. Ida hanya memandangiku sambil tersenyum geli.Kemudian kucoba lagi mengarahkan penisku, lalu menekannya pelan tapi pasti, ternyata berhasil. Ujung kepala penisku sudah masuk sedikit sekali. Kulihat dia meringis, kutahan sampai dia tidak meringis lagi. Lalu kutekan lagi, nah sepertiganya sudah masuk. Dia meringis lagi. Lalu kutarik perlahan, kutekan, kutarik, kutekan perlahan dengan penuh perasaan tapi pasti. Kulihat sudah setengahnya masuk."Aduuhh.. caakit, Doll.., sst... uhh..!" jeritnya.Aku juga merasa ngilu pada penisku. Lalu kudiamkan sebentar, kemudian kutarik perlahan-lahan, maju-mundur sambil kuciumi lehernya dan belahan dadanya."Ahh... eennakk... terrusss... Doolll... aahhh.. ohhh.. sshhsh... yang daallaamm... Doll..!"Kemudian langsung kutekan dengan sekuat tenaga, sehingga penisku ini masuk dan seperti menembus sesuatu, "Bless...""Aduhh.. sakiitt.. duuhh..!" teriaknya, tapi langsung kubungkam mulutnya dengan mulutku dan melumat bibirnya dengan penuh perasaan sayang, takut kalau teriakannya itu membengunkan kakakku yang sedang tertidur."Duhh.. Dooll.. pelan-pelan dong.., kan sakit, adduhh..!" katanya dengan suara yang lirih.Aku kasihan padanya. Kemudian aku menciumui bibir, leher dan payudaranya untuk menghilangkan rasa sakit yang dialami oleh Ida akibat selaput daranya berhasil kurobek. Kemudian Ida mulai tenang dan mendesah nikmat, dan tangannya mendekapku dengan erat.Lalu aku mulai menarik penisku dan menekan perlahan-lahan sekali."Ahh... ennakk.. Doll... terus..! Ahhh.. oohhh..!" desahnya.Aku menekan pantatku maju mundur, dan terasa vaginanya semakin licin, sehingga aku semakin leluasa menggerakkan penisku semakin cepat. Terasa vaginanya berdenyut-denyut seperti memijat penisku, dan tidak mau lepas ketika kutarik. Sungguh luar biasa nikmatnya. Aku semakin mempercepat gerakanku dan kurasakan vaginanya semakin becek. Demikian juga Ida, mulai mengimbangi gerakanku. Dia menjepit pinggangku dengak kedua pahanya dan bergerak naik turun. Pantatnya sesekali bergerak ke kiri dan ke kanan sehingga penisku seperti terpelintir rasanya. Kepalanya juga bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan sambil terus mandesah.Kulihat payudaranya bergerak naik turun, sehingga langsung kulumat kudua susu yang semakin besar dan keras itu."Aahh... terruss... Dooll..! Terus..! Yang daleemm.., aahh... oohh... nikmat... oh... shsshh... aahhh..!" desahnya tidak karuan.Gerakan kami yang sangat erotis itu mengeluarkan bunyi becek yang membuat kami semakin menggebu-gebu untuk melampiaskan seluruh nafsu birahi kami yang sudah memuncak."Cleepp... cleeepp.. blueess... crott.. clepp.." kurang lebih begitulah bunyinya.Kami terus berpacu untuk mencapai puncak kenikmatan sampai keringat membasahi kedua tubuh bugil yang sangat erotis. Akhirnya setelah lima belas menit, Ida semakin cepat gerakannya dan jepitannya semakin kuat."Aku mau keluar... nih Dooll... sudah tak tahann.., aahhh..!" dia melenguh panjang sambil mendongak ke atas sambil menekan pantatnya keras-keras.Kemudian dia terkulai lemas di sisi bathub, tapi tangannya masih memelukku. Dia hanya dapat mendesah dan matanya merem-melek menahan nikmat ketika penisku kuhunjamkan, sambil dadanya naik turun.Aku kemudian mempercepat gerakanku. Beberapa saat kemudian aku mulai merasakan kalau penisku akan memuncratkan sesuatu."Aku mau kkeluar nih Iddaa..!" kataku.Aku kemudian hendak menariknya, tapi dia menahan sambil menjepit dengan pahanya. Dan kembali merangkulku dengan erat."Ayoo... keluarkan.. sajaa.. Dooll.. nggak.. pa-pa... ahh..!" katanya menahan nikmat.Karena sudah tidak tahan lagi, langsung kumuncratkan air mani ke dalam liang vaginanya."Oouughh... ahhh..!" desahku menahan nikmat yang tiada duanya di muka bumi ini."Crottt.. Crott... serr..!" sekitar 6 atau 7 kali lahar panas membasahi liang vagina milik Ida, sampai ada yang meleleh keluar vagina yang tidak mampu menahan seluruh air maniku.

meraih putting susu itu lalu ku jilat dan ku kulum

Singkat cerita ketika istriku baru melahirkan anak pertama dan aku harus puasa selama sebulan lebih. Bisa dibayangkan sendiri bagaimana pusingnya aku. Hingga suatu saat aku mengantar Ibu mertuaku pulang dari menengok cucu pertamanya itu. Aku biasa mengantarnya dengan motorku. Namun kali itu turun hujan ditengah perjalanan. Karena sudah basah kuyup dan hari sudah menjelang tengah malam aku paksakan untuk menerobos hujan yang deras itu. Setiba dirumah aku ingin segera membersihkan badan lalu menghangatkan badan. Di rumah itu hanya ada aku dan Ibu mertuaku karena kakak iparku tinggal ditempat lain. Sedangkan adik iparku yang biasa menemani Ibu mertuaku dirumah itu untuk sementara tinggal dirumahku untuk menjaga istriku. "Kamu mandi aja deh sana, Her" Kata Ibu mertuaku menyuruhku mandi "Ah.. nggak usah.. Ibu duluan deh" Kataku menolak dan menyuruhnya agar lebih dulu "Udah.. Ibu disini aja" Kata Ibu mertuaku yang memilih tempat cuci baju dan cuci piring diluar kamar mandi. Karena disitu juga ada air keran. "Yah.. udah deh" Kataku sambil mendahuluinya masuk ke kamar mandi. Suasana waktu itu agak remang-remang karena lampu penerangannya hanya lampu bohlam 5 watt. Aku iseng ingin tahu bentuk tubuh Ibu mertuaku yang sebenarnya ketika ia telanjang bulat. Maka aku singkapkan sedikit pintu kamar mandi dan menontonnya melepas satu per satu bajunya yang sudah basah kuyup karena kehujanan. Dia tidak tahu aku menontonnya karena dia membelakangiku. Aku perhatikania mencopot kaus T-shirt-nya ke atas melewati bahu dan lehernya. Lalu BH-nya dengan mencongkel sedikit pengaitnya lalu ia menarik tali BH-nya dan BH itupun terlepas. Adegan yang paling syur ialah ketika ia membuka celana panjang jeansnya. Sret.. celana jeans ketat itu ditariknya ke bawah sekaligus dengan CD-nya. Jreng..! Aku lihat kedua buah pantatnya yang kencang dan montok itu menantangku. Aku yang sudah tak merasakan sex selama satu bulan lebih dan lagi dihadapkan dengan pemandangan seperti itu. Aku nekat untuk mendekatinya dan aku peluk dia dari belakang. "Eh.. Her.. ini apa-apaan.. Her" hardik Ibu mertuaku. "Bu.. tolongin saya dong, Bu" rayuku "Ih.. apaan sih..?!" Katanya lagi "Bu, udah dua bulan ini saya nggak dapet dari Dewi.. tolong dong, Bu" bujukku lagi "Tapi aku inikan ibumu" Kata Ibu mertuaku "Bu.. tolong, Bu.. please banget" rayuku sambil tanganku mulai beraksi. Tanganku meremas-remas buah dadanya yang ukurannya sekitar 34b sambil jariku memelintir putting susunya. bibir dan lidahku menjilati tengkuk lehernya. Tanganku yang satu lagi memainkan klentit-nya dengan memelintir daging kecil itu dengan jariku. Batang penisku aku tekan dilubang pantatnya tapi tidak aku masukkan. Ibu mertuaku mulai bereaksi. Tangannya yang tadi berusaha meronta dan menahanku kini sudah mengendor. Dia membiarkanku memulai dan memainkan ini semua. Nafasnya memburu dan mulai mendesah-desah. "Dikamar aja yuk, Bu" bisikku Aku papah Ibu mertuaku menuju kamarnya. Aku baringkan dia tempat tidur. Aku buka kedua kakinya lebar-lebar dan sepertinya Ibu mertuaku sudah siap dengan batang penisku. Tapi aku belum mau memulai semua itu. "Tenang aja dulu, Bu. Rileks aja, Ok?" Kataku. Aku mengarahkan mukaku ke liang vaginanya dan aku mulai dengan sedikit jilatan dengan ujung lidahku pada klentitnya. "Ough.. sshhtt.. ough.. hmpf.. hh.. ooghh" Ibu mertuaku mendesah dan mengerang menahan kenikmatan jilatan lidahku. Dia sepertinya belum pernah merasakan oral sex dan baru kali ini saja ia merasakannya. Terlihat reaksi seperti kaget dengan kenikmatan yang satu ini. "Enak kan, Bu..?" Kataku "Hmh.. kamu.. sshtt.. kamu.. koq.. gak jijik.. sih, Her?" Tanyanya ditengah-tengah desah dan deru nafasnya. "Enggak, Bu.. enak koq.. gimana enak gak?" "Hmh.. iyahh.. aduh.. sshhtt.. eenak.. banget.. Her.. sshhtt" jawab Ibu mertuaku sambil terus merintih dan mendesah. "Itu baru awalnya, Bu" Kataku. Kali ini aku kulum-kulum klentitnya dengan bibirku dan memainkan klentit itu dengan lidahku. Aku lihat sekujur tubuh Ibu mertuaku seperti tersetrum dan mengejang. Ia lebih mengangkat lagi pinggulnya ketika aku hisap dalam-dalam klentitnya. Tak sampai disitu aku terobos liang vaginanya dengan ujung lidahku dan aku masukkan lidahku dalam-dalam ke liang vaginanya itu lalu aku mainkan liukkan lidahku didalam liang vaginanya. Seiring dengan liukanku pinggul Ibu mertuaku ikut juga bergoyang. "Ough.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. oughh.. hmh.. ough.. shhtt.. ough.. hmh.. oufghh.. sshhtt" suara itu terus keluar dari mulut Ibu mertuaku menikmati kenikmatan oral sex yang aku berikan. Aku sudahi oral sex ku lalu aku bangun dan berlutut dihadapan liang vaginanya. Baru aku arahkan batang penisku ke liang vaginanya tiba-tiba tangan halus Ibu mertuaku memegang batang penisku dan meremas-remasnya. "Auw.. diapain, Bu..?" Tanyaku "Enggak.. ini supaya bisa lebih tahan lama" Kata Ibuku sambil mengurut batang penisku. Rasanya geli-geli nikmat bercamput sakit sedikit. Sepertinya hanya diremas-remas saja tetapi tidak ternyata ujung-ujung jarinya mengurut urat-urat yang ada dibatang penis untuk memperlancar aliran darah sehingga bisa lebih tegang dan kencang dan tahan lama. "Guedhe.. juga.. punya kamu, Her" Kata Ibu mertuaku sambil terus mengurut batang penisku. "Iya dong, Bu" Kataku. Kali ini kedua tangan Ibu mertuaku beraksi mengurut batang penisku. Tangan yang satunya lagi mengurut-urut buah pelirku dan yang satu lagi seperti mengocok namun tidak terlalu ditekan dengan jari jempol dan telunjuknya. Tak lama kemudian.. "Egh.. yah.sudah.. pelan-pelan.. yah sayang" Kata Ibu mertuaku sambil menyudahi pijatan-pijatan kecilnya itu dan mewanti-wantiku supaya tidak terlalu terburu-buru menerobos liang vaginanya. Aku angkat kedua kaki Ibu mertuaku dan aku letakkan dikedua bahuku sambil mencoba menerobos liang vaginanya dengan batang penisku yang sedari tadi sudah keras dan kencang. "Ouh.. hgh.. ogh.. pelan-pelan, Her" Kata Ibu mertuaku ditengah-tengah deru nafasnya. "Iya, Bu.. sayang.. egh.. aku pelan-pelan koq" Kataku sambil perlahan-lahan mendorong penisku masuk ke liang vaginanya. "Ih.. punya kamu guedhe banget, sayang.. ini sih.. gak normal"Katanya "Kan tadi udah diurut, Bu" Kataku. Aku teruskan aksiku penetrasiku menerobos liang vaginanya yang kering. Aku tidak merasa istimewa dengan batang penisku yang panjangnya hanya 15cm dengan diameter sekitar 3 cm. Dengan sedikit usaha.. tiba-tiba.. SLEB-SLEB-BLESSS! Batang penisku sudah masuk semua dengan perkasanya kedalam liang vagina Ibu mertuaku. "Ough.. egh.. iya.. sshh.. pelan-pelan aja yah, sayang" Kata Ibu mertuaku yang mewantiku supaya aku tidak terlalu terburu-buru. Aku mulai meliukkan pinggulku sambil naik turun dan pinggul Ibu mertuaku berputar-putar seperti penyanyi dang-dut. "Ough.. gilaa, Bu.. asyik.. banget..!" Kataku sambil merasakan nikmatnya batang penisku diputar oleh pinggulnya. "Ough.. sshtt.. egh.. sshh.. hmh.. ffhh.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. oughh" Ibu mertuaku tidak menjawab hanya memejamkan mata sambil mulutnya terus mendesah dan merintih menikmati kenikmatan sexual. Baru sekitar 30 menit aku sudah bosan dengan posisi ini dan ingin berganti posisi. Ketika itu kami masih dalam posisi konvensional. Aku mau menawarkan variasi lain pada Ibu mertuaku.. "Eh.. Ibu yang di atas deh" Kataku. "Kenapa, sayang.. kamu capek.. yah..?" Tanyanya. "Gak" jawabku singkat. "Mo keluar yah.. hi.. hi.. hi..?" Godanya sambil mencubit pantatku. "Gak.. ih.. aku gak bakalan keluar duluan deh" Kataku sesumbar. "Awas.. yah.. kalo keluar duluan" Goda Ibu mertuaku sambil meremas-remas buah pantatku. "Enggak.. deh.. Ibu yang bakalan kalah sama aku"Kataku sombong sambil balas mencubit buah dadanya "Auw.. hi.. hi.. hi" Ibu mertuaku memekik kecil sambil tertawa kecil yang membuatku semakin horny. Dengan berguling ke samping kini Ibu mertuaku sudah berada di atas tubuhku. Sambil menyesuaikan posisi sebentar ia lalu duduk di atas pinggulku. Aku bisa melihat keindahan tubuhnya perutnya yang rata dan ramping. Tak ada seonggok lemakpun yang menumpuk diperutnya. Buah dadanya juga masih kencang dengan putting susu yang mengacung ke atas menantangku. Aku juga duduk dan meraih putting susu itu lalu ku jilat dan ku kulum. Ibu mertuaku mendorongku dan menyuruhku tetap berbaring seolah-olah kali ini cukup ia yang pegan kendali. Ibu mertuaku kembali meliuk-liukkan pinggulnya memutar-mutar seperti Inul Daratista. "Egh.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. ough.. egh.. hmf" desah Ibu mertuaku. "Gila, Bu.. enak banget..!" "Ough.. sshhtt.. ough.. sshtt.. ough" Ibu mertuaku mendesah dan merintih sambil terus meliuk-liukkan pinggulnya memainkan batang penisku yang berada didalam liang vaginanya. Tanganku meremas buah dadanya yang tak terlalu besar tapi pas dengan telapak tangan. Tanganku yang satunya lagi meremas buah pantatnya. Batang penisku yang kencang dan keras terasa lebih keras dan kencang lagi. Ini berkat pijatan dari Ibu mertuaku tadi itu. Bisa dibayangkan jika tidak aku sudah lama orgasme dari tadi. "Ough.. sshtt.. emh.. enagh.. egh.. sshhtt.. ough.. iyaahh.. eeghh.. enak.. ough" liukan pinggul Ibu mertuaku yang tadinya teratur kini berubah semakin liar naik turun maju mundur tak karuan. "Ough.. iiyyaahh.. egghh.. eghmmhhff.. sshhtt.. ough.. aku udah mo nyampe" Kata Ibu mertuaku. "Bu.. aku juga pengen, Bu.. egh" Kataku sambil ikut menggoyang naik turun pinggulku. "Egh.. iyah.. bagusshh.. sayangg.. ough.. sshhtt.. ough.. sshtt.. ough" Ibu mertuaku merespons gerakanku untuk membantunya orgasme. Aku mempercepat goyanganku karena seperti ada yang mendesak dibatang penisku untuk keluar juga. "Hmfh.. terusshh.. iyah.. ough.. oughh.. AAAUGHH.. OUGH.. OUGH.. OUGH" Ibu mertuaku telah sampai pada orgasmenya. Pada batang penisku terasa seperti ada cairan hangat mengucur deras membasahi batang penisku. Ibu mertuaku menggelepar dan diakhiri dengan menggelinjang liar dan nafasnya yang tersengal. Ibu mertuaku telah berhenti melakukan liukan pinggulnya. Hanya denyutan-denyutan kencang didalam liang vaginanya. Aku merasakan denyutan-denyutan itu seperti menyedot-nyedot batang penisku Dan.. CROT.. CROTT.. CROTTT..! muncrat semua air maniku diliang vagina Ibu mertuaku.

kepengin mencoba yang namanya bersetubuh

Waktu itu aku tinggal berlima dengan teman satu kuliah juga, kita tinggal serumah atau ngontrak satu rumah untuk berlima. Kebetulan di rumah itu hanya aku yang laki-laki. Mulanya aku bilang sama kakak perempuanku, "Sudah, aku pisah rumah saja atau kos di tempat", tapi kakakku ini saking sayangnya padaku, ya saya tidak diperbolehkan pisah rumah. Kita pun tinggal serumah dengan tiga teman wanita kakakku. Ada satu diantara mereka sudah jadi dosen tapi di Universitas lain, Ibu Vivin namanya. Kita semua memanggilnya Ibu maklum sudah umur 40 tahun tapi belum juga menikah. Ibu Vivin bertanya, "Eh, kamu akhir-akhir ini kok sering ngelamun sih, ngelamunin apa yok? Jangan-jangan ngelamunin yang itu.." "Itu apanya Bu?" tanyaku. Memang dalam kesehari-harianku, ibu Vivin tahu karena aku sering juga curhat sama dia karena dia sudah kuanggap lebih tua dan tahu banyak hal. Aku mulai cerita, "Tahu nggak masalah yang kuhadapi? Sekarang aku baru putus sama pacarku", kataku. "Oh.... gitu ceritanya, pantesan aja dari minggu kemarin murung aja dan sering ngalamun sendiri", kata Ibu Vivin. Begitu dekatnya aku sama Ibu Vivin sampai suatu waktu aku mengalami kejadian ini. Entah kenapa aku tidak sengaja sudah mulai ada perhatian sama Ibu Vivin. Waktu itu tepatnya siang-siang semuanya pada kuliah, aku sedang sakit kepala jadinya aku bolos dari kuliah. Siang itu tepat jam 11:00 siang saaat aku bangun, eh agak sedikit heran kok masih ada orang di rumah, biasanya kalau siang-siang bolong begini sudah pada nggak ada orang di rumah tapi kok hari ini kayaknya ada teman di rumah nih. Aku pergi ke arah dapur. "Eh Ibu Vivin, nggak ngajar Bu?" tanyaku. "Kamu kok nggak kuliah?" tanya dia. "Habis sakit Bu", kataku. "Sakit apa sakit?" goda Ibu Vivin. "Ah... Ibu Vivin bisa aja", kataku. "Sudah makan belum?" tanyanya. "Belum Bu", kataku. "Sudah Ibu Masakin aja sekalian sama kamu ya", katanya. Dengan cekatan Ibu Vivin memasak, kita pun langsung makan berdua sambil ngobrol ngalor ngidul sampai-sampai kita membahas cerita yang agak berbau seks. Kukira Ibu Vivin nggak suka yang namanya cerita seks, eh tau-taunya dia membalas dengan cerita yang lebih hot lagi. Kita pun sudah semakin jauh ngomongnya. Tepat saat itu aku ngomongin tentang perempuan yang sudah lama nggak merasakan hubungan dengan lain jenisnya. "Apa masih ada gitu keinginannya untuk itu?" tanyaku. "Enak aja, emangnya nafsu itu ngenal usia gitu", katanya. "Oh kalau gitu Ibu Vivin masih punya keinginan dong untuk ngerasain bagaimana hubungan dengan lain jenis", kataku. "So pasti dong", katanya. "Terus dengan siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kimpoi", dengan enaknya aku nyeletuk. "Aku bersedia kok", kataku lagi dengan sedikit agak cuek sambil kutatap wajahnya. Ibu Vivin agak merah pudar entah apa yang membawa keberanianku semakin membludak dan entah kapan mulainya aku mulai memegang tangannya. Dengan sedikit agak gugup Ibu Vivin kebingungan sambil menarik kembali tangannya, dengan sedikit usaha aku harus merayu terus sampai dia benar-benar bersedia melakukannya. "Okey, sorry ya Bu, aku sudah terlalu lancang terhadap Ibu Vivin", kataku. "Nggak, aku kok yang salah memulainya dengan meladenimu bicara soal itu", katanya. Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku dengan lembut kupegang lagi tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. Dengan lembut kukecup keningnya. Ibu Vivin terbawa dengan situasi yang kubuat, dia menutup matanya dengan lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya dengan lembut sambil kubisikkan, "Aku sayang kamu, Ibu Vivin", tapi dia tidak menjawab sedikitpun. Dengan sedikit agak ragu juga kudekatkan bibirku mendekati bibirnya. Cup... dengan begitu lembutnya aku merasa kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dengan cekatan aku sudah menarik tubuhnya ke rangkulanku, dengan sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya. Dengan sedikit terbuka bibirnya menyambut dengan lembut. Kukecup bibir bawahnya, eh... tanpa kuduga dia balas kecupanku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Kutelusuri rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup, "Aah... cup... cup... cup..." dia juga mulai dengan nafsunya yang membara membalas kecupanku, ada sekitar 10 menitan kami melakukannya, tapi kali ini dia sudah dengan mata terbuka. Dengan sedikit ngos-ngosan kayak habis kerja keras saja. "Aah... jangan panggil Ibu, panggil Vivin aja ya!" Kubisikkan Ibu Vivin, "Vivin kita ke kamarku aja yuk!". Dengan sedikit agak kaget juga tapi tanpa perlawanan yang berarti kutuntun dia ke kamarku. Kuajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Aku sudah tidak tahan lagi, ini saatnya yang kutunggu-tunggu. Dengan perlahan kubuka kacing bajunya satu persatu, dengan lahapnya kupandangi tubuhnya. Ala mak... indahnya tubuh ini, kok nggak ada sih laki-laki yang kepengin untuk mencicipinya. Dengan sedikit membungkuk kujilati dengan telaten. Pertama-tama belahan gunung kembarnya. "Ah... ssh... terus Ian", Ibu Vivin tidak sabar lagi, BH-nya kubuka, terpampang sudah buah kembar yang montok ukuran 34 B. Kukecup ganti-gantian, "Aah... sssh..." dengan sedikit agak ke bawah kutelusuri karena saat itu dia tepat menggunakan celana pendek yang kainnya agak tipis dan celananya juga tipis, kuelus dengan lembut, "Aah... aku juga sudah mulai terangsang. Kusikapkan celana pendeknya sampai terlepas sekaligus dengan celana dalamnya, hu... cantiknya gundukan yang mengembang. Dengan lembut kuelus-elus gundukan itu, "Aah... uh... sssh... Ian kamu kok pintar sih, aku juga sudah nggak tahan lagi", Sebenarnya memang ini adalah pemula bagi aku, eh rupanya Vivin juga sudah kepengin membuka celanaku dengan sekali tarik aja terlepas sudah celana pendek sekaligus celana dalamku. "Oh... besar amat", katanya. Kira-kira 18 cm dengan diameter 2 cm, dengan lembut dia mengelus zakarku, "Uuh... uh... shhh.." dengan cermat aku berubah posisi 69, kupandangi sejenak gundukannya dengan pasti dan lembut. Aku mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dengan lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya, "Aah... uh... ssh..... terus Ian", Vivin mengerang. "Aku juga enak Vivin", kataku. Dengan lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dengan lembut, "Assh... oh... ah.... Vivin terus sayang", Dengan lahap juga kusapu semua dinding lubang kemaluannya, "Aahk... uh... ssh....." sekitar 15 menit kami melakukan posisi 69, sudah kepengin mencoba yang namanya bersetubuh. Kuubah posisi, kembali memanggut bibirnya. Sudah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya. Dengan dibantu tangannya, diarahkan ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku, "Aakh... sshh... pelan-pelan ya Ian, aku masih perawan", katanya. "Haaa..." aku kaget, benar rupa-rupanya dia masih suci. Dengan sekali dorong lagi sudah terasa licin. Blessst, "Aahk..." teriak Vivin, kudiamkan sebentar untuk menghilangkan rasa sakitnya, setelah 2 menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kemaluanku dari dalam, terus kumaju mundurkan. Mungkin karena baru pertama kali hanya dengan waktu 7 menit Vivin... "Aakh... ushh... usssh... ahhhkk... aku mau keluar Ian", katanya. "Tunggu, aku juga sudah mau keluar akh..." kataku. Tiba-tiba menegang sudah lubang kemaluannya menjepit batang kemaluanku dan terasa kepala batang kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tidak kuat lagi memuntahkan... "Crot... crot... cret..." banyak juga air maniku muncrat di dalam lubang kemaluannya. "Aakh..." aku lemas habis, aku tergeletak di sampingnya. Dengan lembut dia cium bibirku, "Kamu menyesal Ian?" tanyanya. "Ah nggak, kitakan sama-sama mau."